ISTANBUL, IAIN NEWS,- Dr. Muhammad Abzar D, M.Ag terpilih mewakili IAIN Samarinda dalam melakukan studi pendidikan bersama puluhan perwakilan dari Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKIN) di Indonesia ke Universitas Marmara Istanbul Turki.
Selama berada di negara yang akrab dengan julukan negeri kebab itu ada beberapa catatan kecil yang berhasil membuat kesan mendalam di hati Dr. Muhammad Abzar D, M.Ag.
Berikut beberapa catatan kecil yang berhasil IAIN NEWS terima dari sambungan seluler selama Dr. Abzar D, M.Ag melakukan studi pendidikan.
Marmara University merupakan salah satu perguruan tinggi ternama di Istanbul yang menjadi tujuan perjalanan kami ke Turki. Dibangun sejak 1883 Perguruan Tinggi (PT) ini termasuk salah satu PT tertua di Turki bahkan di dunia Islam.
Nama Marmara sendiri diambil dari nama lautan yang membentang di semenanjung Turki bagian utara yang disebut laut Marmara. Di lautan ini memang banyak terdapat pulau yang mengandung banyak batu marmer.
Sesampainya di Bandara Attatruk kami dijemput oleh bus kampus menuju hotel dekat kampus. Malam itu tanpa terasa bus telah menyeberangi selat Bosporus di atas jembatan yang panjangnya kurang lebih 4 kilo meter. Selat inilah yang menghubungkan daratan dua benua, Asia dan Eropa. Kota Istanbul sendiri terbelah dua seperti halnya Kota Samarinda dan Samarinda Seberang yang dipisahkan oleh Sungai Mahakam. Sebagian berada di daratan Eropa dan sebagian lagi berada di daratan Asia.
Sesampai di hotel, staf akademik Fakultas Ilahiyat Marmara University menyambut kedatangan kami. Ternyata beliau adalah Dr. Mehmet Toprak yang bertanggung jawab atas program “Overseas training Financial Management” dengan tim PTKIN Indonesia. Waktu sudah larut malam sehingga kami tidak sempat banyak bincang-bincang dengan beliau. Kamipun istirahat. Sesuai jadwal besok pagi pukul 09.00 kami sudah harus menuju kampus untuk memulai kegiatan overseas training ini.
Terdapat selisih waktu satu jam antara waktu otomatis berdasarkan zona di handphone dengan waktu yang berlaku di Istanbul sehingga semuanya sempat terkecoh. Pagi itu harusnya sudah menunjukkan pukul 09.00 tapi sebagian besar dari kami meyakini baru pukul 08.00, praktis di hari pertama mengalami keterlambatan satu jam.
Sampailah pagi itu delegasi Indonesia di kampus Fakultas Ilahiyat Universitas Marmara dan disambut oleh Dr. Mehmet Toprak dan staf akademik fakultas. Mereka memahami keterlambatan oleh karena setting zona waktu yang berbeda. Memang sesuai kesepakan zona Eropa setiap memasuki bulan Oktober zona waktu diundur satu jam. Tapi ini tidak berlaku bagi negara Turky. Jadi jangan heran kalau ada selisih antara setting zona waktu otomatis di handphone dengan yang berlaku di Istanbul ini.
Pembukaan training nampaknya ditunda menunggu kedatangan delegasi Indonesia, praktis sesampainya kami di meeting room Fakultas Ilahiyat acara langsung dimulai.
Dekan Fakultas Ilahiyat juga baru saja memasuki ruangan dan langsung menyalami delegasi Indonesia yang tengah ditunggu. Orangnya low profile dengan aksen bahasa Inggris yang mantap, Prof. DR. Ali Kose. Beliau memang Doktor bidang islamic studies lulusan Edinburg Inggris.
Acara dibuka oleh Dr. Mehmet Toprak dilanjut dengan sambutan Dekan. Usai pembukaan dilanjutkan dengan sesi perkenalan. Menariknya, untuk membantu mempermudah komunikasi rupanya mereka menghadirkan salah seorang mahasiswa asal Indonesia sebagai penerjemah.
Bahasa pengantar dalam training ini menggunakan bahasa Inggris dan sesekali bahasa Arab. Dia juga memperkenalkan namanya Muhammad Azam mahasiswa Program S2 jurusan sejarah peradaban Islam di fakultas ini.
Usai sesi perkenalan dilanjut dengan sesi bincang-bincang mengenai agenda training dan lain-lain. Segera bergabung dalam sesi ini Prof. Ismail yang memandu kami dalam sesi sesi selanjutnya. Bersambung.#Tamam dok pri