SAMARINDA, IAIN NEWS,- Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Iqro’ Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda, Egha Mulyani, kepada Humas IAIN Samarinda mengatakan pentingnya menjaga Budaya Tradisional di era globalisasi saat ini. Menurut Egha, sapaan akrabnya tersebut, Budaya Tradisional merupakan bagian dari kekayaan bangsa yang harus dilestarikan setiap generasi muda.
“Jangan sampai karena kita ada di zaman sekarang ini lalu budaya tradisional itu terlupakan, kita tidak akan bisa terlepas dari perkembangan teknologi informasi saat ini, tapi kan bagaimana kemudian kita dapat merawat warisan budaya itu,” katanya.
Berkenaan dengan hal tersebut, melalui Seminar Kesenian dan Peningkatan Literasi Budaya yang digelar pekan lalu (6/4) bertempat di Aula Fakultas Syariah Kampus 2 Jl. H.A.M Rifaddin Harapan Baru, Loa Janan Ilir Samarinda, Egha berharap budaya tradisional tetap terjaga di kalangan mahasiswa khususnya para Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di lingkungan IAIN Samarinda.
“Kami dari UKM Teater sengaja melibatkan unsur Ormawa di IAIN Samarinda agar kesadaran itu juga dimiliki teman-teman para organisatoris, sehingga kita memahami pentingnya melestarikan Budaya Tradisional Indonesia,” harapnya.
Pada seminar tersebut turut hadir Novan Leany yang merupakan senior teater sekaligus bertindak sebagai narasumber. Dalam materinya, Novan menjelaskan beberapa unsur kebudayaan antaranya peralatan dan perlengkapan kehidupan, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian dan sistem pengetahuan.
“Kebudayaan sistem gagasan atau hasil tindakan manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia,” ujarnya saat mengutip perkataan Koentjaraningrat.
Di ruang yang sama, dia juga menyampaikan sejarah Kota Samarinda terkait pemeliharan kesenian etnik.
“Kesenian yang hidup dan berkembang di suatu tempat tertentu biasanya tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat etnik group yang menjadi pewaris dan sekaligus pemelihara kesenian tersebut. Kesenian yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat Kotamadya Samarinda pun dapat dipelajari dari etnis group yang menjadi pewarisnya, yakni suku Bugis, suku Banjar, suku Kutai, dan suku Jawa berasal dari warisan sub kebudayaan, sub culture keempat etnis grup tersebut,” jelasnya saat mengutip sejarak kisah sejarah Kota Samarinda.#humas (id)
