Turut hadir secara online, Dekan FUAD IAIN Samarinda Dr. Hj. Noorthaibah, M.Ag. yang memberikan sambutan kepada peserta Kuliah Umum dan Halal bi Halal FUAD IAIN Samarinda. “Selamat datang kepada para peserta, syukur alhamdulillah yang tak terhingga karena pada hari ini bisa melaksanakan salah satu agenda spesial sebagai umat Islam, yakni berlebaran di hari kemenangan setelah berjuang melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan dengan berpuasa.
Saya selaku Dekan FUAD IAIN Samarinda mewakili seluruh sivitas akademik mengucapkan minal ‘aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Sekalipun penyelenggaraan acara ini melaui Virtual Zoom, namun Allah tahu niat kita dalam kesempatan ini adalah untuk mengikat dan menguatkan kembali silaturahmi,” sambutnya.

“Terima kasih juga kepada Drs. KH. Muhammad Mundir, M.H. yang telah berkenan hadir pada acara Halal bi Halal, yang mana beliau tentu tak asing lagi bagi kita semua. Beliau adalah dosen dari Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah juga Ketua Tarekat Mu’tabarah Indonesia,” jelasnya. Berperan sebagai moderator, seorang dosen multitalenta FUAD IAIN Samarinda, Miftahur Ridho, M.Si., yang aktif dalam melahirkan karya tulis ilmiah seputar Islamic Studies, mempersilakan kepada Drs. KH. Muhammad Mundzir, M.H. untuk menyampaikan materi tentang pentingnya nilai-nilai puasa ramadhan.
“Pertama, adalah kejujuran. Nilai ini berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, puasa adalah ibadah yang sangat rahasia (sirriyah). Dikatakan sirriyah karena yang mengetahui seseorang melakukan ibadah puasa atau tidak adalah orang yang bersangkutan dan Allah SWT. Dengan demikian, ibadah puasa adalah salah satu media yang melatih seseorang untuk berlaku jujur.”
“Kedua, kepekaan yang bagi orang yang selama ini tidak pernah lapar merasakan betul, sehingga dia peka terhadap tetangga, teman-temannya yang hidup dalam garis kemiskinan. Dari situlah nilai kepekaan akan muncul, empati, dan solidaritas terhadap kaum dhuafa. Maka perbanyaklah bersedekah di bulan Ramadhan, yang tetap konsisten juga dilaksanakan di luar Ramadhan. Di akhir Ramadhan kita juga diperintahkan untuk menunaikan zakat fitrah yang kita bawa di hari dan bulan lainnya sebagai sedekah.”

“Ketiga, kedermawanan yakni muncul keinginan untuk melibatkan orang lain sehingga dia dengan mudah ringan tangan membantu saudara-saudara yang kelaparan. Keempat, kebersamaan yang terjalin juga tentu akan berdampak positif kepada masyakat dalam upaya menciptakan kerukunan untuk saling menghormati, menghargai atas segala bentuk perbedaan agar menjadi rahmat.
“Terakhir, ketakwaan yang saat bulan Ramadan. Kemarin kita diwajibkan untuk berpuasa selama satu hari penuh, bahkan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah dengan mengaji, sholat, sedekah dan lain sebagainya, itu melatih sabar. Sabar dalam menahan nafsu, sabar juga dalam beribadah untuk menjemput ridha dan rahmat-Nya. Dari situlah kesabaran kita yang akan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT,” tutup KH. Muhammad Mundzir. (humas/ns/rh)