Skip to content

Semarak Pembukaan Tahun Ajaran 2021/2022, UIN Samarinda Selenggarakan Kuliah Umum Penguatan Studi Al-Quran

SAMARINDA, UINSI NEWS,- UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda membuka perkuliahan semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 dengan Kuliah Umum bertema “Membangun Generasi Milenial yang Qurani melalui Penguatan Studi Al-Quran di Perguruan Tinggi” secara daring melalui Zoom Meeting dan Streaming YouTube IAIN Samarinda. Senin (6/9/2021).

Kuliah Umum yang diselenggarakan sejak pukul 09.00 s.d. 12.00 ini mengundang 4 narasumber ahli: Prof. Dr. H. Ahmad Fahmy Arief, M.A. (Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan), Dr. Mursalim, M.Ag. (Dosen Ilmu Tafsir Al-Qur’an UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda), Dr. Iskandar, M.Ag. (Dosen Ilmu Tafsir Al-Qur’an UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda), dan Dr. H. Fakhrul Ghazi, Lc., M.A. (Dosen Ilmu Balaghah UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda).

Dalam kesempatan itu, Rektor sampaikan eksistensi Islam yang berfungsi dengan baik sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia.

“Islam telah menunjukkan eksistensinya sebagai universal culture yang memerankan banyak fungsi di masyarakat. Perkembangan objek kajian studi Islam melalui Al-Quran merepresentasikan fungsinya sebagai “hudalinnas” yang menarik untuk dikaji sekaligus menjawab tantangan zaman,” ujarnya sekaligus membuka acara.

Prof. Ahmad Fahmy Arief jelaskan stilistika ayat Al-Quran dan tanggung jawab keilmuan mahasiswa lulusan Perguruan Tinggi Islam.

“Stilistika adalah bagian dari asasul lughoh: sintaksis (an-nahwu) struktur kalimat; morfologis (as-sharf) perubahan kata; stilistika (al-ushlub) gaya bahasa. Masyarakat tidak mau tahu, lulusan PTKI apapun jurusannya pasti akan ditanya dengan tiga hal ini,” tegasnya.

Dilanjutkan dengan pemaparan materi tentang fenomena hijrah oleh Dr. Mursalim.

“Istilah hijrah tengah populer digaungkan di media sosial. Ada pergeseran hijrah saat ini dimaknai sebagai transformasi diri dengan menjalankan kebaikan dan syariat secara kaffah padahal istilah hijrah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Bagaimana hijrah yang substantif? Berpikir moderat, lebih bijaksana dalam menerima perbedaan, memperbanyak referensi dan rajin berdiskusi dengan orang lain, dibarengi dengan komitmen kebangsaan,” paparnya.

Di ruang zoom, Dr. Iskandar bahas paralelisme retoris Al-Quran yang tidak bisa dipahami secara parsial.

“Quran itu tafsir ba’duhum ba’dho yang saling terhubung dan terikat. Paralelisme retoris, ada jaringan semantik yang dapat digunakan dalam memahami kata melalui lawan katanya. Jika kita tahu bahwa iman adalah keterbukaan hati menerima kebenaran, maka kafir sebagai lawan kata iman bermakna tertutup terhijab dari kebenaran,” ungkapnya.

Kuliah Umum perdana di Semester Ganjil ini ditutup dengan pemaparan dari Dr. Fakhrul Ghazi yang mengangkat bahasan al-I’jaz al-Balaghy.

“Kemukjizatan balaghah ada kaitannya dengan sains yang telah ditemukan sejak 14 abad yang lalu. Dari Q.S. an-Naml ayat 18, telah dituliskan “qalats namlatu“, sedangkan sebelumnya hanya namlun. Ini menunjukkan bahwa ada karakter muannas disana dan itu adalah ratu semut yang memerintahkan koloni semut,” jelas beliau.

Disebutkan juga “masakinakum” yang merupakan bentuk jamak dari kata sakana.

“Apakah ketika itu Nabi pernah membuka sarang semut? Tidak, ini menunjukkan bahwa Allah Maha Mengetahui yang kemudian disampaikan dalam Al-Quran dan menjadi kemukjizatan bahasa Al-Quran,” imbuhnya.

Dari hasil pantauan media, Kuliah Umum ini diikuti oleh lebih dari 1800 peserta daring yang dikhususkan kepada mahasiswa baru program sarjana dan magister. (humas/rh).

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
LANGUAGE»