“Ada pertanyaan, pilih mana Qur’an atau Pancasila? Nda bisa dipilih begitu karena Pancasila itu isi dari nilai-nilai Al-Quran. Pikiran yang moderat semacam ini yang harus terus menerus dikembangkan, di Kampus, majelis, agar bangsa ini memahami dan mengerti. Jika dua-duanya bisa disatukan dan ditengahkan, negara kita akan menjadi negara yang rukun tentram dan rahmatan lil ‘alamin,” jelasnya.
“Melacak akar moderasi beragama, di Indonesia ini kita akan menemukan wacana, konsep, mafhum, khitob, yang wasathiyah diniyah dan itu bukan sesuatu yang baru karena sumbernya sudah ada sejak ratusan tahun silam,” jelasnya.
“Dari Syaikhona Kholil dalam manuskripnya mengatakan bahwa mencintai negara adalah bukti keimanan kita, menjaga negara kita adalah wujud keimanan kita. Jadi wajar murid-muridnya kemudian gigih memperjuangkan bangsa Indonesia seperti KH. Hasyim Asy’ari. Menurutnya ajaran agama Islam dan nilai-nilai kebangsaan dan semangat memperjuangkan Indonesia tidak untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling menguatkan,” ungkapnya di Zoom Meeting.
“Moderasi beragama sebagaimana yang beliau sampaikan bisa kita lacak dari manuskrip-manuskrip yang dilakukan oleh ulama terdahulu, contoh wasathiyah tadi salah satunya di masjid kudus yang bentuknya mengadopsi arsitektur Pura, dan masih banyak lagi yang menunjukkan spirit bangsa yang tasamuh dalam moderasi beragama,” tutupnya.
Share:
HUMAS
Sosial Media
Berita Populer

Siaran Pers: Pengumuman Kelulusan UM PTKIN 2025


Selamat! 134 Mahasiswa FEBI UINSI Resmi Diyudisium


