Skip to content

Kajian Ba’da Zuhur Berkah Ramadhan 1443 H, Dr. Abzar Ajak Jemaah Kampanyekan Islam yang Moderat

SAMARINDA, UINSI NEWS,- Wakil Rektor III UINSI Samarinda, Dr. H. M. Abzar Duraesa, M.Ag., menjadi narasumber selanjutnya pada program Berkah Ramadhan 1443 H di Masjid SAM Sulaiman UINSI Samarinda, Rabu (7/4).Pada kesempatan tersebut, Dr. Abzar ajak para jemaah untuk senantiasa bersyukur dan memuji Allah Swt.

“Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya bentuk, kemudian Allah yang menciptakan dan menetapkan segala sesuatu dan menetapkan ukuran segala sesuatu dengan ukuran yang pasti dan jelas,” ucapnya.

Kata jelas dan pasti ini dimaknai sebagai sesuatu yang tetap dan tidak berubah sampai kapanpun. Hal ini didasari pada Q.S. Al-Qamar Ayat 49 dimana Allah menciptakan dan menetapkan sesuatu bukan berdasarkan kebetulan, melainkan ada aturan dan ketetapan yang disebut sebagai hukum tuhan atau sunnatullah.

Tidak hanya itu, Dr. Abzar juga sampaikan ketetapan Allah Swt. melalui Q.S. Al-Baqarah Ayat 143.

“Dan demikian kami jadikan kamu umat yang washatan (umat pertengahan), agar kalian menjadi saksi atas perbuatan umat manusia, dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatan kalian,” ucapnya.

“Kami tidak menjadikan kiblat yang dahulu kamu berkiblat kepadanya melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik. Sungguh pemindahan kiblat itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu,” lanjutnya.

Dijelaskan bahwa ayat ini turun ketika terjadi perubahan arah kiblat yang sebelumnya kiblat berada di Baitul Maqdis, ketika turun ayat ini maka secara otomatis berubah arah kiblat ke Kakbah di Makkah.

Dr. Abzar berkata bahwa perubahan arah kiblat ke Kakbah itu bukan terjadi begitu saja, tapi Allah Swt. ingin menguji dan melihat ketangguhan keimanan umat masa itu, siapa kah yang masih tetap setia dan siapa kah yang berpaling dari Rasul dan Allah.

“Dalam ayat ini sedikitnya ada 3 pembelajaran yang bisa diambil, yaitu bagaimana hakikat Islam itu sesungguhnya, terjadinya perubahan arah kiblat, dan ternyata disini perubahan arah kiblat adalah bagian salah satu ujian bagi manusia.”

Ini bukan perkara kecil, ini adalah perkara besar dan orang yg bisa melewati ujian ini adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah Swt, karena sebagian menjadi murtad meninggalkan Islam akibat berpaling dari Nabi Muhammad saw ketika terjadi perubahan arah kiblat.

“Jaman dahulu ketika awal turunnya Islam, muslim di uji seperti ini. Lalu bagaimana dengan kita yang sudah masuk kejaman modern bahkan post modern ini? Bukan berarti saat ini tidak ada ujian. Setidaknya ada 2 bentuk ujian, yaitu ujian eksternal dan ujian internal,” jelasnya.

Ujian eksternal dimaknai datang dari perkembangan ilmu dan teknologi. Menurut Dr. Abzar, hal ini menjadi tantangan dan ujian tersendiri karena perkembangan ilmu dan peradaban manusia ini memberikan godaan baik dari segi budaya, pemikiran, dan adat istiadat yang bisa mempengaruhi akidah umat sehingga perlu kehati-hatian dalam menyikapinya.

Sedangkan ujian internal dikatakan sebagai ujian yang datang dari dalam diri sendiri.

“Ujian internal datang dari diri kita sendiri. Contoh yang paling mudah adalah penfsiran terhadap teks-teks agama yang semakin, boleh dikatakan, independen. Orang bebas menfsirkan dan bebas memberikan pandangan sehingga bisa membawa perselisihan. Hingga ada fenomena manusia mengaku nabi, mengaku mendapat wahyu, mendapat bisikan Allah, dan lain-lain,” jelasnya.

Tidak hanya itu, pembahasan kembali tafsir kata pertama di Q.S. Al-Baqarah Ayat 143 yang mana didalam ayat ini Allah Swt. mengatakan dan demikian kami menjadikan kamu umat wasathan, yang bisa diterjemahkan sebagai umat moderat, umat yang tidak berat sebelah, tidak condong kanan atau kiri.

“Sebelum datangnya Rasulullah atau diturunkannya Islam, ada 2 karakteristik manusia. Ada yang terlalu materialistik menganggap hidup hanya 1 kali, tidak ada kehidupan lain setelah mati. Kemudian ada manusia yang mengedepankan apa yang disebut aspek kerohanian, spiritualitas, tidak peduli duniawi.”

“Kemudian Allah menurunkan Islam sebagai agama yang menjadikan kamu umat yang moderat. Oleh karena itu tidak ada istilah Islam radikal atau Islam liberal dalam Al-Qur’an atau teks agama kita, karena Islam sesungguhnya adalah jalan tengah, moderat,” tambahnya.

Turunnya Islam ke bumi diibaratkan sebagai sintesa terhadap keberagaman umat manusia sebelumnya yang terlalu ekstrem, sehingga Islam datang menjadi penengah. Oleh karena itu, muslim harus bersyukur atas turunnya agama Islam.

“Boleh kejar ukhrawi tapi jangan tinggalkan duniawi, boleh kejar duniawi tapi jangan tinggalkan ukhrawi,” tegasnya.

Disampaikan Dr. Abzar tugas sebagai muslim tidak hanya sebatas memahami Islam sebagai agama yang moderat, tapi muslim harus menjadi yang terdepan dalam mengamalkan, mengkampanyekan, dan mensosialisasikan bahwa Islam itu moderat.

Lebih lanjut, menurutnya warga kampus khususnya di PTKIN wajib untuk selalu menerapkan dan mengajarkan nilai-nilai Islam yang moderat. Wakil Rektor III UINSI Samarinda ini juga mengajak para jemaah untuk terus memperbaiki dan melatih diri dengan memperbanyak ilmu dan mengkaji Islam khususnya selama bulan suci Ramadhan.

(Humas/Ns)

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
LANGUAGE»