Sejarah awal pada masa Kesultanan Kutai Kartanegara Aji Muhammad Sulaiman diawali dari perkampungan suku Bugis. Outing class ini dengan melakukan diskusi denga Pak Ishak selaku Takmir atau Pengurus Yayasan.
“Tahun 1881 Al-Quran tua yang ditulis dengan tangan, 2 buah al Quran ini disumbangkan oleh warga yang ada di Samarinda Seberang. Tahun 2020, Ustadz Iskandar datang melakukan penelitian tentang kertasnya kapan dibuat yakni sekitar tahun 1700 atau 1800-an.”
Berdirinya masjid ini dimulai sejak Syekh Abdurrahman Assegaf yang dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat kejahatan di wilayah tersebut sehingga masjid ini didirikan untuk mengurangi kejahatan di tahun 1800-an.
“Sauko guru, tiang utama yang didatangkan dari berbeda tempat. Luwahaur, di gunung lingai. Disitulah muncul mitologi, muncul nenek menawarkan diri untuk membantu mendirikan tiang mesjid, dan diiyakan oleh habib. Nenek memberikan usul untuk semua masyarakat bulik ke rumah, dan tau-tau tiang itu sudah berdiri sedang si nenek tadi udah kadada,” ungkap Pengurus Masjid Shiratal Mustaqim.
“Sultan Aji Muhammad Sulaiman orang pertama yang khutbah di mesjid ini tahun 1811 sekaligus menjadi imam salat rawatib. Tahun 1821 datang saudagar mualaf yang memberikan menara. Kolam didepan itu dibangun juga untuk tempat berwudhu yang sebenarnya adalah sumur.”
“Mesjid ini menjadi juara ke 2 pada tahun 2011 festival budaya. Original dari segi bentuk, rata-rata mesjid dibuat didekat pasar dan area lapangan besar. Hal ini supaya memudahkan akses perayaan atau hari besar islam. Seperti Idul Fitri dan Idul Adha.”
“Di Kesultanan Kutai meninggalkan berbagai naskah-naskah kuno, namun naskah asli itu disimpan di Belanda karena disana lebih terjaga dan dirawat dengan baik.” (humas/rh/kh).