SAMARINDA, UINSI NEWS,- OIC Cultural Activity di UINSI Samarinda masih berlanjut dengan Sesi Panel yang menghadirkan 5 pembicara sekaligus.
Sesi Panel dengan tema “New Cultural Challenges and Globalization” yang dipandu oleh Dr. H. Shafa, M.Pd. dan H. Susanto, Lc., M.Pd.I. ini menghadirkan Prof. Dr. H.M. Asrorun Ni’am Sholeh, M.A., Dr. Lhoucine Rhazoui, Mr. Rasul Omarov, Fahmida Faiza, dan Prof. Dr. Abdul Kaziba Mpaata.
Prof. Ni’am dalam materinya menyampaikan keberagaman sebagai sunnatullah, tidak untuk dipertentangkan tetapi untuk saling melengkapi. Islam pun memiliki etos yang sangat kuat dalam menghargai perbedaan tersebut.
Konsep diversity sendiri erat kaitannya dengan Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa.
Menerjemahkan komitmen menjaga kebersamaan, persaudaraan, dan harmony ini, Prof. Ni’am sebut Kementerian Pemuda dan Olahraga terus mengupayakan komitmen moderasi beragama di kalangan pemuda, membangun jembatan komunikasi, membuat proyek sosial bersama yang menyatukan berbagai elemen pemuda, baik di tingkat nasional, regional, maupun di tingkat global.
Tantangan lain dalam mengkampanyekan harmony in diversity adalah arus globalisasi.
Globalisasi memang menjadi peluang sekaligus tantangan dalam mewujudkan keharmonisan ditengah keberagaman. Pesatnya pertukaran informasi melalui teknologi saat ini mempercepat pemahaman individu tentang budaya luar dan konsep keberagaman yang ada di dunia.
Namun seperti pisau bermata dua, arus informasi yang menyebar di platform digital tidak jarang merupakan informasi salah yang justru dapat menyebabkan timbulnya konflik serta kesalahpahaman.
Menanggapi fenomena ini, Dr. Lhoucine Rhazoui pun menjawab pentingnya memahami identitas diri.
“We need to learn our culture, about civilization, about values. So we can go with all of these challenges coming from different form,” ucapnya.
Dr. Lhoucine Rhazoui juga contohkan kasus Islam Phobia dibeberapa negara barat, menurutnya jika seorang muslim tidak memahami ajarannya sendiri dengan baik maka dirinya tentu tidak akan bisa bertahan.
“So thats why we have to know who we are, where we come from, to be able move forward with confident, to cope with the challanges,” tegasnya.
Saksikan tayangan lengkap Panel Session “New Cultural Challenges and Globalization” melalui link youtube https://youtube.com/live/tymYygrjabI?feature=share