Skip to content

Kesalihan Ritual dan Kesalihan Sosial

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر- الله أكبر- الله أكبر– الله أكبر- الله أكبر- الله أكبر– الله أكبر- الله أكبر- الله أكبر. اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلّا إِيّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْن، وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْن. لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ، اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ هذَا الْيَوْمَ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ وَهُوَ خَيْرَ النِّعَمِ. نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلهْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنَا محمَّداً عَبدُهُ وَرَسُولُهُ وَحَبِيبُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا سيِّدِنَا محمَّدٍ، أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وعلَى آلِهِ وصحبِهِ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ، قَالَ صلى الله عليه وسلم :« أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ ». . اَمَّا بَعْدُ …
فَيَاعِبَادَ اللهِ … اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْم: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وقال تعالى أيضا: قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا.
الله أكبر.. الله أكبر.. الله أكبر.. لا إله إلا الله، والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadhirat Allah SWT bahwa di pagi hari yang penuh Rahmat ini, kita masih diberi umur panjang sehingga dapat menyaksikan dan melaksanakan sholat sunnah ‘Idul Adha. Kita datang berduyun-duyun ke tempat mulia ini dengan mengumandangkan Takbir, Tahlil dan Tahmid, serta melaksanakan sholat ‘Id, menyambut datangnya tanggal 10 Dzulhijjah. Semoga, semua itu dapat mengokohkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Shalawat dan Salam tersanjungkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pewarisnya sampai akhir zaman.

الله أكبر.. الله أكبر.. الله أكبر.. لا إله إلا الله، والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah Sholat ‘Id yang dicintai Alloh,

Marilah sejenak kita renungkan munajatnya Nabi Ibrahim a.s sebagai wujud “pembersihan” segala hal yang diandalkan dan dianggap mampu menyelesaikan persoalan kehidupan, bahkan menjadi ‘berhala-berhala’ yang sering melekat pada diri manusia, sebagaimana termaktub dalam Firman-Nya:
وَلَا تُخْزِنِيْ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَۙ ۝٨ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَۙ ۝٨ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍۗ ۝٨
Artinya: “Janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (Yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak. Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” [Q.S. Asy-Syu’ara`,26:87-89]

Peristiwa “pengorbanan” adalah persitiwa besar dalam sejarah perjalanan kehidupan umat manusia. Peristiwa ini berlandaskan pada “kebenaran, keberanian, keihlasan, kejujuran yang didasari pada perilaku iman, taqwa, kesabaran dan ahlak yang unggul nan prima.
Kaum muslimin diajarkan agar senantiasa mengingat peristiwa-peristiwa besar dan bernilai tinggi yang berdimensi “keimanan” dan “ketaqwaan”. Peristiwa yang terkandung dalam Idul Adha adalah merupakan peristiwa besar yang dialami Nabi Ibrahim a.s dengan segala pengorbanannya yang luar biasa beratnya. Hal ini, menginspirasi dan memberikan saham besar untuk terbentuknya perjuangan da’wah, pendidikan moral, pola kaderisasi yang benar, dan gerakan amal sosial. Nabi Ibrahim a.s telah memberi contoh rekonstruksi tauhid, sosial dan etos kerja yang kuat.
Keteladanan Nabi Ibrahim a.s, memberikan tuntunan bagi umat manusia dalam persoalan hidup yang seringkali dipicu oleh ”egoisme”, ”kerakusan” dan ”nafsu kebinatangan” yang bersemayam dalam diri setiap insan. Persoalan tersebut memperturutkan “hawa nafsu” dan “keinginan”, bukan karena keperluan, sehingga di luar kemampuan. Ini-lah gambaran “egoisme keduniaan”. Karena mengikuti hawa nafsunya, seringkali seseorang mengorbankan orang lain sebagai kambing hitam, daripada menjadikan kambing atau domba sebagai binatang kurban, padahal kehidupan dunia hanyalah sementara, nisbi, tidak kekal abadi.
Syariat ibadah kurban merupakan traning centre serta sebagai sarana pendidikan kepribadian (tarbiyah) dan wahana pembinaan yang luhur nan komprehensif. Baik untuk pembinaan ruhiyah (mental-spiritual) maupun jasadiyah (badan). Demikian pula pada sisi ijtima’iyah (sosial), khuluqiyah (akhlaq), hadloriyah (peradaban) maupun aspek jihadiyah (perjuangan melawan hawa nafsu) pada diri insan. Sehingga diharapkan menjadi sosok manusia yang mumpuni, berprestasi, unggul dan berdaya guna serta dapat memberikan maslahat dan manfaat bagi sesama dan lingkungannya.
Marilah kita instropeksi dan mengaca diri, bahwa semua memerlukan pembenahan secara personal dan sosial. Mari jadikan momentum ‘Idul Adha sebagai titik awal perbaikan diri menuju keshalehan ritual dan keshalehan sosial untuk membangun kehidupan yang baik dan menghasilkan “baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur” suatu negeri yang makmur, dan di bawah ampunan Allah SWT). Andaikan kedua keshalehan tersebut (ritual dan sosial) telah tertanam, maka akan mudah membedakan antara yang haq dan bathil, sesuatu yang selama ini semakin pudar dalam kehidupan.

الله أكبر.. الله أكبر.. الله أكبر.. لا إله إلا الله، والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah Sholat ‘Id yang disayangi Alloh,

Nabi Ibrahim a.s, telah menunjukkan teladan yang baik dalam kehidupan. Allah Swt memberikan mandat kepemimpinan atas sekalian umat manusia. Nabi Ibrahim a.s, bukan tipe manusia rakus harta, tapi Allah Swt justru melimpahkan kesejahteraan untuk keluarganya. Beliau juga bukan tipe manusia yang serakah, tetapi Allah Swt memberikan anugerah paling mulia kepada keturunannya dan melahirkan para Rasul dan Anbiya` setelahnya. Beliau berhasil meraih predikat “khalilullah”, “sahabat “ atau “kekasih” Allah Swt.
Sebagai kekasih-Nya, tentu telah melalui beragam fit and proper test. Allah Swt memberikan ujian yang tidak ringan, Dia menginstruksikan untuk mengasingkan keluarganya agar hidup sendiri di daerah yang jauh, gersang, lembah yang tandus dan tanpa penghuni, serta tanpa adanya tanda tumpuan kehidupan. Namun demikian, iman dan tawakkal yang totalitas kepada Allah Swt, membuat Nabi Ibrahim a.s tetap taat dan patuh, serta membangun etos kerja yang berkualitas, dengan seraya berdoa:
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ
Artinya: “Ya Tuhan kami, sungguh telah aku tempatkan sebahagian dari keturunanku di lembah yang tanpa tanaman di dekat rumah Engkau yang dihormati. Ya Tuhan kami, [yang demikian itu] agar mereka mau mendirikan salat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dari berikanlah rezeki kepada mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” [Q.S. Ibrahim,14:37]

Ujian lainnya adalah perintah agar menyembelih (mengorbankan) putera tercinta. Semua ditunaikan dengan segala ketulusan hati, serta diimbangi tawakkal dan kesabaran puteranya, Nabi Ismail a.s (kala itu masih kecil). Di sinilah terlihat komunikasi, kerjasama dan kekompakan berjalan baik antara ayah dan anak dalam melaksanakan perintah-Nya dan mengemban visi ilahiah yang “mulia namun penuh dengan pengorbanan“. Perjalanan konstrusksi hubungan anggota keluarga ini, dapat terlihat keberhasilan seorang bapak dengan cemerlang dalam mendidik puteranya untuk berpegang pada nilai-nilai [values] tauhid, ketaatan, kesabaran, dan keteguhan hati dalam menerima cobaan yang datangnya dari Alloh Swt.

الله أكبر.. الله أكبر.. الله أكبر.. لا إله إلا الله، والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah Sholat ‘Id yang dirahmati Alloh,

Nilai moral-spiritual yang bisa dijadikan ‘ibroh dari perjalanan Nabi Ibrahim a.s bagi umat manusia dalam kehidupan saat ini adalah:
Pertama, hendaknya istiqomah dalam menegakkan, menjaga dan meluruskan keimanan kepada Allah Swt. Manusia harus bersedia dan berani meruntuhkan semua “berhala-berhala” yang ada pada dirinya, wujudnya antara lain keinginan, kepentingan, harta benda, kedudukan dan kepangkatan, kegagahan dan kecantikan, serta lainnya, agar tidak “sombong, congkak, pongah, jumawah, takabbur, gumede”, dan “angkuh” terhadap semua yang ada pada dirinya. Mari dibangun pondasi akhlak dan moral “yang anggun”, hanya berharap Ridho Allah Swt, tanpa adanya tendensi kepada selain-Nya, sehingga dapat menjadi kekasih Allah Swt. Amin…
Kedua, harus berani dan bersedia “mengorbankan” apa yang ada dan disayangi, demi ketaatan dan keikhlasan kepada Allah Swt, karena hakikatnya segala yang ada di dunia ini kepemilikan mutlak Milik Alloh Ta’ala, manusia sekedar pinjam-pakai dari-Nya.
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
Artinya: “Kalian tak akan mencapai kebaktian yang tinggi, sampai kalian sanggup mengorbankan “kesayangan kalian” [Ali ‘Imran: 3: 92].
Ketiga, membangun komunikasi yang baik antara anak dan bapak secara dialogis dan demokratis, dengan menumbuh-kembangkan pendidikan yang mampu melahirkan manusia yang beriman, berakhlak dan bermoral yang anggun, kreatif dan inovatif, dapat menghargai hak-hak manusia, taat hukum dan memiliki etos kerja yang berkualitas, tawassuth, tawazun dan tasamuh demi terwujudnya kehidupan yang layak. Hal ini dapat dilakukan melalui jalur pendidikan keluarga, di sekolah dan masyarakat, sehingga model pendidikan tidak “kaku”, apalagi melahirkan manusia yang saklek dan ekstrim.

الله أكبر.. الله أكبر.. الله أكبر.. لا إله إلا الله، والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah Sholat ‘Id yang dikasihi Alloh,

Keempat, membangun etos kerja dengan memiliki kemampuan intelektual yang handal agar dapat memberdayakan umat. Memberdayakan pendidikannya, culture yang berperadaban, bermoral dan berakhlak mulia, berlandaskan keimanan serta beprilaku jujur dalam segenap lini kehidupan.
Kelima, di setiap saat, hendaklah siap sedia memperjuangkan nilai kemerdekaan. Tidaklah harus menjadi penguasa atau memperoleh kekuasaan. Harus berani membebaskan diri dari ‘berhala-berhala’ di sekeliling kehidupan dan semua tipu-daya syaitan. Mampu mengendalikan hawa nafsunya, bukan dikendalikan oleh hawa nafsunya, mampu memperbudak hawa nafsunya, bukan diperbudak oleh hawa nafsunya. Niscaya menjadi insan yang menang dan menjadi manusia pilihan di dunia dan akhirat.
Ibadah Kurban tidak sekadar dimaknai sebagai pendekatan normatif dalam menebar daging kurban. Tapi aktualisasi pemaknaan substantif agar menyembelih nafsu kebinatangan dalam diri manusia, agar tidak serakah, terutama dalam memenuhi kebutuhan materialismenya, dan berpotensi munculnya tindakan-tindakan koruptif, sehingga mengantarkan bangsa ini menjadi “baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur” (suatu negeri yang makmur, dan di bawah ampunan Allah SWT). Hal ini pun akan mewujudkan kebahagiaan yang nyata bukan maya -sehingga dialah hamba yang terpilih bukan tersisih, insan yang lulus atas ujian-Nya bukan lolos (baca : lepas) dari cinta-Nya-, yakni hamba yang memiliki keshalehan ritual sekaligus keshalehan soaial, dengan predikat “al-Muttaqin”, merdeka (selamat) dari jilatan api neraka.

Sebagai penutup khutbah ini, marilah direnungkan dalam sanubari, kalam hikmah dari Syaikh Hasan al-Bashri rahimahulloh:
إن الغنية في القناعة
a. Sesungguhnya kekayaan (yang hakiki) itu adalah bersemayamnya sifat Qona’ah dalam hati.
وإن الحرمة في رفض الشهوات
b. Sesungguhnya kemuliaan itu ada pada (kemampuan seseorang) mengendalikan hawa nafsunya sendiri.
وإن السلامة في العزلة
c. Sesungguhnya keselamatan (dunia akhirat) itu (terwujud) di dalam uzlah (hati yang senantiasa dzikir dan mengingat Ilahi Rabbi).
وإن الصبر في أيام قليلة
d. Sesungguhnya (aplikasi dimensi) kesabaran itu ada di waktu yang singkat, yakni kehidupan dunia yang fana ini.
وإن النعمة في أيام طويلة
e. Sesungguhnya kenikmatan (hakiki) itu kelak saat di Akhirat, yakni nikmat surgawi.

Kiranya, asa semua makhluq termulia adalah semoga Allah SWT memberikan Hidayah, Taufiq, Ma’unah, Ri’ayah, Ridho dan ‘Inayah-Nya, sehingga sisa hidup di alam syahadah ini dapat diisi dengan beragam bentuk ibadah, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial.
Semoga Dzat Yang Maha Pengasih lagi Pemurah, melimpahkan ampunan, kebahagiaan, keselamatan, persatuan dan kesatuan, serta keberkahan hidup melalui kemampuan bersama dalam rangka membalung-sumsumkan (meneguhkan) kembali ruh ibadah kurban dalam aktivitas keseharian, baik secara lahiriyah maupun bathiniah Amin … (Allah Maha Benar lagi Maha Mengetahui).

باَرَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ في القرآن العظيم وَنَفَعَنِيْ وَاِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

أقولُ قولِي هذَا وأستغفرُ اللهَ لِي ولكُمْ فاستغفرُوهُ

الله أكبر- الله أكبر- الله أكبر– الله أكبر- الله أكبر- الله أكبر– الله أكبر- اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَنَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلاّ الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَواتُ الله وَسَلامُهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَمَغْفِرَتُهُ وَرِضْوانُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيِّدِنَا محمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ.
وَصَلِّ عَلى سيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِ سيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَبارِكْ عَلى سيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِ سيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَما صَلَّيْتَ وَبارَكْتَ وَتَرَحَّمْتَ عَلى سيِّدِنَا إِبْراهِيمَ وَآلِ سيِّدِنَا إِبْراهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. أمَّا بعدُ عِبَادَ اللهِ … : اتَّقُوا اللهَ وَالْتَزِمُوْا أَمْرَهُ، وَاسْتَقِيْمُوْا علَى طَاعَتِهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ بَقِيـَّةِ الصَّحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتاَبِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ والْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، بِرَحْمَتِكَ ياَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّهُمَّ أَرِناَ الْحَقَّ حَقاًّ وَارْزُقْناَ اتِّباَعَهُ وَأَرِناَ اْلباَطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِناَبَهُ. اللَّهُمَّ افْتَحْ عَلَيْنَا اَبْوَابَ الخَيْرِ وَاَبْوَابَ البَرَاكَةِ وَاَبْوَابَ النِّعْمَةِ وَاَبْوَابَ السَّلاَمَةِ وَاَبْوَابَ الصِّحَّةِ وَاَبْوَابَ الجَنَّةِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ.
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu, dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu. Anugerahkan pula keyakinan yang menyebabkan ringan bagi kami, atas segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَاۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَىالْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

 

Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.

رَبَّناَ آتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةِ وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةِ وَقِناَ عَذاَبَ الناَّر. وَصَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
عباد الله.. إِنَّ الله يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالاِحْسانِ وَإِيْتاءِ ذِي القُرْبى وَيَنْهى عَنِ الفَحْشاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، اُذْكُرُوا الله يَذْكُرْكُمْ فَإِنَّهُ ذاكِرٌ لِمَنْ ذَكَرَهُ وَاسْأَلُوا الله مِنْ رَحْمَتِهِ وَفَضْلِهِ.

اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

***

Penulis : Dr. H. Moh. Mahrus, S. Ag M. HI

Editor : Novan Halim

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
LANGUAGE»