oleh :
Dr. Hj. Norvadewi, M. Ag
Hari ini, 23 Juli 2025, kita memperingati Hari Anak Nasional (HAN) sebagai bentuk penghormatan terhadap hak, potensi, dan masa depan anak-anak. Namun di tengah perayaan yang bersifat seremonial, kita perlu merenung lebih dalam: apakah anak-anak Indonesia saat ini benar-benar hidup dalam kondisi yang sejahtera? Apakah mereka memiliki harapan yang kuat di tengah tantangan ekonomi global yang kian tak menentu?
Tahun 2025 menjadi tahun yang tidak mudah. Dunia sedang menghadapi tekanan ekonomi yang berat akibat dampak konflik geopolitik, krisis energi, perubahan iklim, dan ketimpangan ekonomi global. Di Indonesia sendiri, banyak keluarga mulai merasakan penurunan daya beli, harga kebutuhan pokok meningkat, lapangan kerja makin sempit, dan tingkat pengangguran di kalangan usia muda terus bertambah.
Kondisi ini berdampak langsung pada kehidupan anak-anak, terutama dari keluarga menengah ke bawah. Mereka menghadapi risiko stunting karena kekurangan gizi, kesulitan akses pendidikan yang layak, bahkan meningkatnya kekerasan dan eksploitasi terhadap anak karena tekanan ekonomi keluarga. Menurut data BPS dan UNICEF, jutaan anak Indonesia masih terperangkap dalam lingkaran kemiskinan struktural. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan anak tidak bisa dipisahkan dari kondisi ekonomi masyarakat. Maka, untuk mewujudkan generasi emas Indonesia, diperlukan sistem ekonomi Islam yang adil, manusiawi, dan berkelanjutan.
Anak dalam Perspektif Islam: Amanah dan Investasi Peradaban
Dalam Islam, anak bukan sekadar buah hati, tetapi juga amanah Allah SWT. Dalam Surah At-Tahrim ayat 6 disebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Tanggung jawab ini mencakup pendidikan, perlindungan, serta kesejahteraan anak, termasuk dalam aspek ekonomi.
Anak adalah investasi peradaban. Merekalah yang akan menentukan seperti apa wajah bangsa di masa depan. Jika kita lalai mempersiapkan anak-anak hari ini, maka kita sedang mempersiapkan keruntuhan sosial dan ekonomi esok hari.
Ekonomi dan Masa Depan Anak
Dalam teori pembangunan manusia, anak merupakan modal sosial dan ekonomi jangka panjang. Negara-negara maju tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga investasi besar pada kualitas generasi muda. Di sinilah pentingnya keadilan ekonomi agar setiap anak—tanpa memandang latar belakang sosial—memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh, belajar, dan berkembang.
Namun kenyataannya, sistem ekonomi yang berlaku saat ini justru menciptakan ketimpangan. Akses terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas masih menjadi hak istimewa bagi kalangan tertentu. Sementara keluarga miskin harus berjibaku memenuhi kebutuhan dasar. Di sinilah ekonomi Islam menawarkan pendekatan yang lebih adil dan berorientasi pada kemaslahatan manusia secara menyeluruh, tidak hanya mengejar pertumbuhan angka, tetapi juga kualitas generasi.
Mengutip pepatah Arab, “Didiklah anakmu sesuai zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu.” Maka, mari kita bangun sistem ekonomi dan sosial yang sesuai dengan tantangan zaman, namun berpijak pada nilai-nilai Islam yang abadi: keadilan, kasih sayang, dan kemaslahatan.
Solusi Ekonomi Islam: Untuk Anak dan Bangsa
Ekonomi Islam bukan hanya tentang zakat dan riba, tetapi sebuah sistem yang menyeluruh, yang menjunjung tinggi keadilan, keberkahan, dan perlindungan terhadap kelompok lemah, termasuk anak-anak. Beberapa prinsip utama dari ekonomi Islam yang relevan dalam konteks ini meliputi:
- Keadilan Distribusi Kekayaan
Islam menolak penumpukan kekayaan di tangan segelintir elit. Instrumen seperti zakat, infaq, dan wakaf harus dikelola secara produktif untuk memberikan akses anak-anak miskin terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan gizi yang layak.
- Larangan Eksploitasi Anak
Islam secara tegas melarang segala bentuk eksploitasi terhadap anak, baik secara fisik, ekonomi, maupun emosional. Dalam sistem ekonomi Islam, negara dan masyarakat wajib menjamin perlindungan terhadap anak-anak dari kerja paksa dan tekanan ekonomi yang mengganggu tumbuh kembang mereka.
- Pendidikan sebagai Hak dan Kewajiban
Ekonomi Islam memandang pendidikan sebagai hak yang wajib diberikan dan dibiayai, baik oleh keluarga maupun negara. Pendidikan menjadi sarana utama untuk mengangkat derajat keluarga dan membebaskan anak-anak dari lingkaran kemiskinan antargenerasi.
- Ekonomi Keluarga yang Berkah
Islam mendorong praktik ekonomi rumah tangga yang sehat dan halal: menjauhi riba, hidup hemat, menabung untuk masa depan, dan mencari rezeki yang berkah. Dengan fondasi ekonomi keluarga yang kokoh, anak-anak tumbuh dalam suasana aman dan tenteram.
Peran Strategis Orang Tua dalam Menjamin Kesejahteraan Anak
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam membentuk karakter serta masa depan anak. Dalam konteks ekonomi yang menekan, orang tua memegang peran yang sangat penting dalam menciptakan ketahanan keluarga agar anak-anak tidak menjadi korban kondisi.
- Membangun Keteladanan Ekonomi
Orang tua harus menjadi contoh dalam mengelola keuangan rumah tangga secara Islami, seperti menjauhkan diri dari riba, bersedekah secara rutin, dan membelanjakan harta pada hal yang bermanfaat. Keteladanan ini menjadi pendidikan langsung bagi anak.
- Membekali Anak dengan Literasi Ekonomi Islam
Anak perlu diajarkan sejak dini tentang:
- Nilai halal-haram dalam mencari dan menggunakan harta
- Konsep menabung dan berbagi (infaq/sedekah)
- Bahaya perilaku konsumtif dan utang tidak produktif
Hal ini akan menciptakan generasi yang tangguh secara spiritual dan bijak secara finansial.
- Menciptakan Rumah yang Aman dan Penuh Dukungan
Di tengah tekanan ekonomi, dukungan emosional dan spiritual dari orang tua sangat penting. Anak-anak yang merasa diterima, disayangi, dan dibimbing dengan kasih sayang, akan memiliki daya tahan psikologis yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan masa depan.
4, Menghindari Sikap Materialistis
Orang tua perlu mengarahkan anak untuk tidak mengukur nilai hidup dari materi semata, melainkan pada keberkahan, akhlak, dan amal. Dengan nilai ini, anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah stres, iri, atau minder dalam persaingan hidup.
Peran Strategis Kampus Islam dalam Membangun Masa Depan Anak
Sebagai pusat pengembangan ilmu, nilai, dan peradaban, kampus Islam memiliki tanggung jawab ganda: mendidik mahasiswa dan berkontribusi langsung pada perbaikan sosial-ekonomi masyarakat, termasuk perlindungan anak. Berikut beberapa peran kampus Islam yang krusial:
- Literasi Ekonomi Islam untuk Masyarakat
Kampus Islam dapat menyelenggarakan program pengabdian masyarakat dengan fokus pada edukasi ekonomi keluarga berbasis syariah, seperti mengatur keuangan rumah tangga, pentingnya zakat dan sedekah, serta konsep rezeki halal.
- Beasiswa dan Wakaf Pendidikan Anak
Lembaga zakat dan wakaf kampus bisa menggalang dana khusus untuk membiayai pendidikan anak-anak kurang mampu di sekitar wilayah kampus. Wakaf tunai dan wakaf produktif bisa diarahkan untuk membangun sekolah gratis atau rumah belajar Islami.
- Riset dan Advokasi Kebijakan Ramah Anak
Dosen dan mahasiswa perlu aktif dalam penelitian tentang ketimpangan ekonomi dan dampaknya pada anak, serta menyusun rekomendasi kebijakan berbasis nilai-nilai Islam yang dapat diusulkan kepada pemerintah daerah dan pusat.
- Penguatan Keluarga Muda Mahasiswa
Banyak mahasiswa telah berkeluarga dan memiliki anak. Kampus Islam perlu menyediakan bimbingan ekonomi syariah untuk keluarga muda, layanan parenting Islami, serta fasilitas daycare berbasis nilai Islam.
- Gerakan Mahasiswa Pro-Anak
Melalui organisasi mahasiswa, UKM, dan komunitas sosial, mahasiswa bisa menjadi agen literasi sosial dan keadilan ekonomi yang memperjuangkan hak anak di masyarakat—dari edukasi langsung, pendampingan psikososial, hingga gerakan advokasi.
Penutup: Sejahterakan Anak, Kuatkan Bangsa
Hari Anak Nasional 2025 harus menjadi momentum perenungan dan perubahan. Kesejahteraan anak bukanlah hasil dari ekonomi makro semata, tetapi dimulai dari rumah tangga yang kokoh dan masyarakat yang peduli. Ekonomi Islam hadir sebagai solusi komprehensif untuk menciptakan tatanan sosial yang adil, seimbang, dan manusiawi.
Ketika orang tua menerapkan nilai-nilai Islam dalam membina ekonomi keluarga, serta melibatkan anak dalam proses pembelajaran hidup yang bermakna, maka kita tidak hanya membentuk anak yang cerdas secara akademik, tetapi juga anak yang kuat iman, mandiri, dan peduli pada sesama.
Mari kita jadikan Hari Anak Nasional bukan sekadar peringatan, tetapi langkah nyata untuk membangun masa depan bangsa melalui keluarga yang Islami dan anak-anak yang sejahtera. Karena sejatinya, anak yang sejahtera hari ini adalah pilar kokoh bangsa yang kuat esok hari.