SAMARINDA, UINSI NEWS,-Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Prof. Dr. H. Zurqoni, M.Ag., menyampaikan bahwa Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A., layak diusulkan sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian atas kontribusinya yang luar biasa dalam membangun jembatan perdamaian lintas agama, bangsa, dan budaya di tingkat global.
Menurut Prof. Zurqoni, kiprah Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut merepresentasikan wajah Islam rahmatan lil ‘alamin — Islam yang membawa kedamaian, toleransi, dan keadaban universal. Ia menilai, dedikasi dan perjuangan Prof. Nasaruddin Umar tidak hanya mengharumkan nama Indonesia di mata dunia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kalangan akademisi dan umat beragama dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
“Prof. Nasaruddin Umar bukan sekadar ulama besar, tetapi juga arsitek perdamaian global. Gagasan, pemikiran, dan teladan beliau menjadi contoh nyata bagaimana Islam dapat menjadi kekuatan moral yang membangun dialog, merajut harmoni, dan menghapus sekat-sekat sosial maupun keagamaan,” ujar Prof. Zurqoni di Samarinda, Selasa (29/10/2025).
Sebagai Cendekiawan Muslim Global, Prof. Nasaruddin Umar dikenal aktif memperjuangkan nilai-nilai perdamaian dan keadilan lintas iman melalui forum-forum internasional bergengsi, mulai dari Vatikan, Universitas Al-Azhar Mesir, hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pandangan moderatnya yang berakar pada spiritualitas Islam Indonesia menjadikan beliau sosok jembatan antarperadaban yang dihormati di berbagai belahan dunia.
Selain dikenal sebagai Tokoh Lintas Agama Dunia, Prof. Nasaruddin Umar juga kerap menjadi pembicara utama dalam Forum Daring Peace di Vatikan yang diselenggarakan Komunitas Sant’Egidio. Dalam forum tersebut, beliau menekankan pentingnya persaudaraan universal tanpa sekat teologis sebagai fondasi perdamaian global.
Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin berhasil mentransformasikan masjid kebanggaan bangsa itu menjadi pusat peradaban inklusif, tempat berkumpulnya para pemimpin lintas iman, diplomat, dan akademisi dunia. Di tangan beliau, Istiqlal bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang dialog dan refleksi kemanusiaan.
Puncak kiprahnya tampak dalam Deklarasi Istiqlal saat kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia tahun 2024, yang menjadi tonggak bersejarah bagi persaudaraan antaragama di Indonesia dan mendapat pengakuan internasional sebagai model harmoni dunia.
Prof. Zurqoni menegaskan bahwa kontribusi tersebut mencerminkan tradisi intelektual Islam Indonesia yang berpijak pada nilai kemanusiaan dan kearifan lokal.
“Beliau telah menghadirkan Islam bukan hanya sebagai sistem teologis, tetapi sebagai peradaban yang menyejukkan dan memanusiakan manusia. Dunia membutuhkan sosok seperti Prof. Nasaruddin Umar — tokoh yang menyalakan lentera spiritualitas di tengah tantangan global,” tegas Prof. Zurqoni.
Rektor UINSI Samarinda itu juga menambahkan bahwa keteladanan Prof. Nasaruddin Umar menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKIN) untuk terus mengembangkan tradisi riset, dialog antariman, dan pengabdian masyarakat berbasis nilai-nilai kemanusiaan universal.
“UINSI Samarinda berkomitmen melanjutkan semangat beliau dengan memperkuat moderasi beragama, membangun jejaring global, dan menjadikan kampus sebagai pusat peradaban yang damai dan berkeadaban,” pungkas Prof. Zurqoni.#




