UINSI Samarinda Hadirkan Terapi Pemaafan bagi Warga Binaan Lapas Samarinda Melalui Program MBKM

SAMARINDA, UINSI NEWS, — Mahasiswa Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD), serta Program Studi Hukum Keluarga (HK) Fakultas Syariah (FASYA) UIN Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda melaksanakan Seminar Pemaafan bagi warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Samarinda pada Sabtu, 22 November 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari praktik lapangan Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Keluarga yang dibimbing oleh Ibu Lharasati Dewi, S.Psi., M.Psi.

Kegiatan dibuka oleh Kepala Lapas Kelas IIA Samarinda, Bapak Yohanis Varianto, A.Md., IP., SH. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada UINSI Samarinda atas kontribusi akademik dan sosial dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pembinaan mental warga binaan. “Program seperti ini sangat kami butuhkan. Warga binaan tidak hanya memerlukan pembinaan fisik dan disiplin, tetapi juga ruang untuk memulihkan batin dan memperbaiki hubungan dengan diri mereka sendiri. Kehadiran mahasiswa UINSI menjadi energi positif bagi proses pembinaan di Lapas,” ujarnya.

Setelah pembukaan, panitia mahasiswa menjelaskan rancangan seminar secara menyeluruh. Mereka menegaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk membantu warga binaan memahami kembali perjalanan emosional mereka, memproses luka psikologis, serta menyiapkan mental yang lebih stabil untuk kehidupan setelah masa pembinaan. Mahasiswa MBKM juga memaparkan bahwa program ini merupakan bentuk nyata implementasi experiential learning yang mendorong mahasiswa terlibat langsung dalam permasalahan sosial di lapangan.

Seminar menghadirkan narasumber utama, Bapak Rudy Hadi Kusuma, S.Pd., M.Pd., CH., CHt., dosen FUAD UINSI Samarinda sekaligus praktisi konseling dan hypnotherapy. Dengan pendekatan humanis, beliau menyampaikan materi mengenai pentingnya memaafkan untuk pemulihan psikologis. “Pemaafan bukan soal melupakan masa lalu, tetapi mengikhlaskan agar hati tidak terus terluka. Ketika seseorang mampu memaafkan dirinya sendiri, ia membuka pintu untuk memperbaiki masa depan,” jelas Rudy Hadi dalam salah satu sesi. Beliau juga memandu peserta melalui beberapa teknik dasar Forgiveness Therapy, mulai dari latihan pernapasan, refleksi diri, hingga pemrosesan emosi terpimpin.

Kegiatan seminar disusun dalam beberapa tahapan yang dirancang untuk menggugah kesadaran diri dan menumbuhkan keberanian dalam menghadapi luka batin. Rangkaian kegiatan meliputi:

  1. Menuliskan beban emosional sebagai simbol luka masa lalu.

  2. Latihan pemaafan diri dan orang lain melalui refleksi mendalam dan doa bersama.

  3. Diskusi empati berpasangan, memberikan ruang saling mendengar tanpa menghakimi.

  4. Penulisan surat refleksi “Aku yang Dulu dan Aku yang Sekarang”, untuk memetakan perubahan diri.

  5. Pelepasan simbol beban ke dalam kotak bertuliskan “Aku Telah Memaafkan” sebagai komitmen pemulihan.

Kegiatan berlangsung penuh kehangatan dan keterlibatan aktif. Beberapa warga binaan yang mengikuti seminar turut menyampaikan kesan mendalam. “Selama ini saya merasa marah pada diri sendiri. Melalui kegiatan ini, saya belajar bahwa saya masih punya kesempatan untuk berubah,” ujar salah satu peserta. Peserta lain menyampaikan bahwa kegiatan ini memberinya keberanian untuk menatap masa depan: “Saya merasa lebih ringan. Rasanya seperti ada pintu baru yang terbuka untuk hidup saya.”

Dosen pengampu, Ibu Lharasati Dewi, S.Psi., M.Psi., menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud komitmen UINSI dalam menerapkan pembelajaran berbasis praktik dan pengabdian masyarakat. “Kami ingin mahasiswa tidak hanya memahami teori konseling, tetapi juga merasakan bagaimana teori itu bekerja dalam konteks nyata. Dukungan Lapas Kelas IIA sangat berarti bagi proses pembelajaran mahasiswa dan bagi masyarakat secara luas,” jelasnya. Beliau juga berharap program seperti ini dapat terus berlanjut dan diperluas, sehingga mahasiswa dapat berkontribusi pada lebih banyak kelompok masyarakat yang membutuhkan.

Melalui Seminar Pemaafan ini, mahasiswa UINSI Samarinda turut berkontribusi dalam proses pembinaan kepribadian warga binaan melalui pendekatan konseling, refleksi diri, dan pemberdayaan emosional. Program ini menegaskan peran UINSI sebagai perguruan tinggi yang aktif membangun masyarakat berdaya, berakhlak, dan siap kembali menjadi bagian positif dalam lingkup keluarga maupun sosial.

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
LANGUAGE»