Oleh: Dr. Hj. Titi Kadi,M.Pd.I
Di tengah revolusi teknologi yang berlangsung begitu cepat, peran guru justru semakin menemukan relevansi dan urgensinya. Ketika dunia bergerak menuju digitalisasi penuh, ketika informasi mengalir lebih deras dari air sungai, dan ketika kecerdasan buatan mulai memasuki ruang kelas, di saat itulah seorang guru berdiri tegar sebagai penuntun nilai-nilai kemanusiaan. Perubahan zaman tidak pernah mengurangi peran guru—justru menjadikannya semakin mulia dan tak tergantikan.
Guru adalah sosok yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan akademik, tetapi juga menanamkan karakter, nilai, dan moralitas. Mereka membentuk pola pikir, melatih kesabaran, membangun percaya diri, serta menumbuhkan orientasi masa depan pada setiap diri anak. Sebelum seorang anak mengenal luasnya dunia, ia lebih dulu mengenal gurunya—sosok yang menyambutnya di pintu pendidikan.
Keberhasilan seseorang tidak pernah lepas dari pengaruh guru. Bahkan para tokoh besar dunia selalu menyebutkan bahwa keberhasilan mereka berawal dari seorang guru yang percaya pada kemampuan mereka. Guru adalah jembatan antara ketidaktahuan menuju pemahaman, antara kebingungan menuju pencerahan.
Perkembangan teknologi membawa berbagai tantangan baru bagi profesi guru. Perubahan kurikulum yang terus bergulir, sistem pembelajaran hybrid, tuntutan literasi digital, hingga derasnya informasi yang harus disaring demi kebaikan siswa—semua menuntut guru untuk beradaptasi tanpa henti.
Namun, era digital juga membuka peluang besar. Guru kini memiliki akses lebih mudah terhadap sumber belajar global, metode pengajaran inovatif, aplikasi edukatif, dan berbagai teknologi yang memperkaya pengalaman belajar di kelas. Dengan kreativitas dan keterampilan digital, guru mampu menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan menarik.
Tetapi ada satu hal yang tidak akan pernah berubah: peran guru sebagai sumber nilai humanis—emosi, empati, akhlak, dan karakter. Teknologi dapat membantu proses belajar, namun tidak dapat menggantikan jiwa seorang guru dalam memahami perasaan siswa dan menuntun perkembangan moral mereka.
Di tengah besarnya tantangan dunia modern, Islam memberikan penghormatan yang tinggi kepada para pendidik. Al-Qur’an dan Hadis menggambarkan kemuliaan orang-orang yang mengajarkan ilmu dengan penuh keikhlasan.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menunjukkan bahwa guru bukan hanya dimuliakan oleh manusia, tetapi juga oleh Allah. Mengajarkan ilmu adalah salah satu bentuk ibadah dan jihad terbesar dalam Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”(HR. Bukhari)
Mengajarkan ilmu merupakan amal jariyah yang pahalanya terus mengalir, sebagaimana sabda Nabi:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Dari landasan ini, jelaslah bahwa guru tidak hanya menjalankan profesi, tetapi juga menjalankan amanah keagamaan.
Di tengah kecanggihan teknologi, guru hadir membawa cahaya yang tidak dapat diberikan oleh mesin atau algoritma. Sentuhan hati seorang guru mampu membangkitkan motivasi yang padam. Senyum tulus seorang guru mampu menghapus kecemasan dalam diri siswa. Bahkan, satu kalimat pujian seorang guru mampu mengubah hidup seorang anak untuk selamanya.
Guru adalah pelita humanis—penerang yang menyoroti sisi-sisi kemanusiaan agar tidak tenggelam dalam modernitas. Mereka tidak hanya membangun kecerdasan kognitif, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual.
Guru mengajarkan bahwa kesuksesan bukan hanya soal nilai, tetapi tentang adab, akhlak, dan tanggung jawab.
Guru mengajarkan bahwa kegagalan bukan akhir, tetapi langkah untuk bangkit.
Guru mengajarkan bahwa belajar adalah perjalanan sepanjang hayat.
Peringatan Hari Guru adalah momentum untuk merenungkan kembali betapa besar jasa para pendidik. Di balik setiap profesi—dokter, insinyur, ilmuwan, pemimpin—ada tangan guru yang membentuk fondasi awalnya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memuliakan gurunya.
Menghargai guru bukan hanya dengan ucapan, tetapi dengan memberikan dukungan moral, kesempatan pengembangan diri, fasilitas yang memadai, dan penghargaan yang layak. Guru yang bahagia akan melahirkan pembelajaran yang berkualitas. Guru yang dihargai akan melahirkan generasi yang percaya diri. Guru yang kuat akan melahirkan bangsa yang hebat.
Di zaman yang berubah dengan cepat, guru tetap menjadi jangkar yang menjaga pendidikan tetap berakar pada nilai-nilai kemanusiaan. Mereka adalah pelita yang tak pernah padam, bahkan ketika badai perubahan datang bertubi-tubi.
Selamat Hari Guru Nasional.
Terima kasih kepada seluruh guru yang terus menyalakan cahaya, menjaga harapan, dan menguatkan masa depan bangsa.
Semoga Allah membalas setiap tetes keringat, setiap lelah, dan setiap doa yang tidak pernah terdengar oleh dunia, tetapi sangat didengar oleh langit.#





