SAMARINDA, UINSI NEWS,- Pranata Hubungan Masyarakat UIN Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Nisa Rahmawati, turut berkontribusi dalam antologi buku bertema “Transformasi Kehumasan di Era Akal Imitasi (AI) dan Literasi Kesehatan Kehumasan” yang diterbitkan oleh Ikatan Pranata Humas (Iprahumas).
Buku ini secara resmi diluncurkan pada Konvensi Humas Pemerintah 2025, “Satu Dekade Iprahumas: Merawat Dialog Publik, Membangun Reputasi Indonesia”, yang diselenggarakan di Manhattan Hotel Jakarta. Kamis (18/12).
Antologi Buku Iprahumas Indonesia ditulis oleh 46 penulis yang merupakan praktisi humas di tingkat pusat maupun daerah di Indonesia. Buku ini disusun dengan tujuan menumbuhkan budaya menulis dan refleksi kritis di kalangan praktisi kehumasan, menggali gagasan dan pengalaman menghadapi transformasi kehumasan berbasis kecerdasan buatan (AI), mendorong kesadaran literasi kesehatan mental di ruang kerja kehumasan, serta mewadahi kontribusi intelektual yang dapat menjadi referensi praktis dan strategis.
Para penulis mengajak pembaca melihat bahwa adaptasi teknologi bukanlah tujuan akhir; justru kemampuan menjaga narasi, relevansi, dan tanggung jawab sosial menjadi inti peran humas di era baru ini.
Dalam antologi tersebut, Nisa menulis artikel
berjudul “AI dan Humas: Kolaborasi antara Data, Makna, dan Rasa” yang mengangkat refleksi praktik produksi pembuatan konten kehumasan di era perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Tulisan ini menyoroti bagaimana AI dapat menjadi alat bantu strategis bagi humas, tanpa menggeser peran manusia sebagai penjaga makna, etika, kreativitas dan sensitivitas komunikasi publik.
Sebagai Pranata Humas UINSI Samarinda, refleksi yang ditulis berangkat dari pengalaman Nisa dalam mengelola konten informasi dan media sosial institusi. AI mampu membantu mempercepat proses kerja dan pengolahan data, mulai dari penyusunan kerangka berita hingga pengembangan ide konten dan evaluasi. Namun, sentuhan manusia tetap menjadi kunci untuk memastikan akurasi, kesesuaian nilai institusi, serta kepekaan terhadap audiens.
Dalam tulisan ini, Nisa juga sampaikan bahwa produksi konten bukan sekadar menulis cepat atau merancang visual menarik, tapi proses berpikir strategis yang melibatkan riset, sensitivitas publik, dan narasi yang utuh. Oleh karena itu, praktisi humas perlu mengembangkan keterampilan serta menyesuaikan strategi agar dapat memanfaatkan potensi AI, sembari tetap menjaga etika dan mempertahankan sentuhan manusia dalam setiap interaksi untuk membangun makna melalui konten yang dihasilkan.
“AI bukan pengganti, melainkan alat bantu yang mempercepat proses pembuatan konten. Finalisasi, verifikasi data, hingga menjaga akurasi dan pengembangan kreatifitas tetap menjadi peran humas,” ungkap Nisa dalam tulisannya.
Melalui kontribusi ini, UINSI Samarinda turut mengambil bagian dalam diskursus nasional terkait praktik kehumasan yang adaptif, etis, dan berkesadaran di tengah kemajuan teknologi. Kehadiran tulisan dari praktisi humas perguruan tinggi keagamaan juga menjadi representasi bahwa pengembangan gagasan dan refleksi profesi tumbuh dari berbagai daerah dan latar institusi.
Sebagai penutup, tulisan ini menegaskan bahwa pemahaman etika dalam penggunaan AI menjadi hal yang krusial dalam praktik kehumasan. Kecepatan dan kecanggihan teknologi perlu dibarengi dengan tanggung jawab moral, transparansi, serta kepekaan terhadap nilai kemanusiaan. Dengan demikian, AI tidak hanya dimanfaatkan sebagai alat teknis, tetapi juga ditempatkan dalam koridor etis yang menjaga kepercayaan publik.
Download buku “Transformasi Kehumasan di Era Akal Imitasi (AI) dan Literasi Kesehatan Kehumasan” pada tautan ini: https://bit.ly/BukuAntologiIprahumas2025
Penulis: Selvi Ramadhani Putri
Editor: Agus Prajitno







