Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Perwakilan Kalimantan Timur (BKKBN Kaltim) di Hotel Selyca Mulia, Jl. Bhayangkara Samarinda, Selasa (6/12/2022).
Kepala BKKBN Kaltim Dr. Sunarto, SKM, M.Adm., KP. dalam sambutannya menyampaikan bahwa pertemuan yang dilaksanakan tersebut diikuti oleh 30 (tiga puluh) Instansi Perwakilan BKKBN Kaltim, BPS Prov. Kaltim, Instansi Pemerintah lainnya, Perguruan Tinggi, Tim PIC Stunting Prov. Kaltim, Satgas Stunting Prov. Kaltim, Sekolah SMA, SMP hingga Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI) Prov. Kaltim.
“Kegiatan ini dilaksanakan untuk penyampaian hasil diseminasi kasus stunting yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi perumusan kebijakan dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting di Kaltim. Serta penyerahan apresiasi dan penghargaan pada para mitra kerja sekolah yang telah menjadi Sekolah Siaga Kependudukan Paripurna Terbaik.”
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi. Salah satu narasumber, Mustamin Fattah, M.Pd. dari LPPM UINSI Samarinda berharap adanya peningkatan pemahaman masyarakat tentang pencegahan stunting di tingkat keluarga melalui program pengabdian mahasiswa di masyarakat.
Sebelum memaparkan bagaimana implementasi Program Mahasiswa Penting di Kalimantan Timur, Mustamin Fattah mengawalinya dengan memaparkan problem stunting dalam perspektif Islam.
Menurutnya, ada tiga aspek yang menjadi konsen dalam rangka pencegahan stunting; Pertama, Allah SWT mengingatkan agar kita tidak meninggalkan atau mewariskan generasi yang lemah “Dzurriyyatan Dhi’afa” (QS: Annisa : 9).
Kedua, jangan membiarkan ada orang miskin tanpa memberikan bantuan kepada mereka, karena diantara tanda-tanda orang yang mendustakan agama adalah tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin (QS. Al Ma’un : 3).
Ketiga, Islam sangat peduli terhadap Pendidikan, bahwa orang-orang yang berilmu setelah beriman diangkat derajatnya oleh Allah SWT, (QS: Al Mujadilah : 11).
“Ketiga aspek itu jika benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat, maka ancaman generasi stunting dapat diminimalisir, karena kemiskinan berhubungan langsung dengan terhalangnya mendapatkan akses kesehatan, kemiskinan juga berimplikasi terhadap rendahnya pendidikan, dan semua itu beresiko terciptanya generasi yang lemah atau tidak berkualitas dan berbanding lurus dengan resiko stunting.”
Pada tahun 2022, KKN UINSI Samarinda dilaksanakan di 185 lokasi oleh 1.495 mahasiswa di tiga kota dan empat kabupaten dan lebih dari 95% kelompok mengusung tema mengenai pencegahan stunting di dalam tema program kerjanya.
“Kegiatan yang mahasiswa laksanakan diantaranya mengundang masyarakat terutama ibu-ibu dan mengundang pemateri yang ahli di bidangnya. Materi yang diberikan tentunya terkait pengertian stunting, faktor yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung, serta bagaimana cara mencegah agar tidak mengalami stunting.”
Target penurunan angka stunting hingga 14% di 2024 harus benar-benar dikejar dengan melibatkan semua pihak, termasuk mahasiswa.
“Stunting ini menjadi concern seluruh masyarakat dan akademis lintas ilmu. Maka saat memberikan edukasi, mahasiswa juga bisa melakukannya lewat pendekatan budaya setempat dan memberikan contoh yang diharapkan melalui kegiatan KKN pencegahan stunting.” tutupnya. (humas/lppm/rh).