SAMARINDA, UINSI NEWS – Pusat Studi Gender Anak dan Disabilitas (PSGAD) Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda menyelenggarakan webinar nasional dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025 dengan tema: “SAFE SPACE DI RUMAH: Membangun Tempat Tumbuh yang Optimal, Aman, dan Nyaman bagi Anak.” Kegiatan ini berlangsung secara daring melalui Zoom meeting menghadirkan para narasumber lintas bidang yang membahas urgensi ruang aman bagi anak dalam konteks keluarga dan lingkungan sosial.
Dalam pembukaan, Rumainur, M.Pd.I, selaku moderator dan Kepala PSGAD UINSI, menyampaikan bahwa rumah idealnya menjadi tempat pulang dan perlindungan paling aman bagi anak. Namun, fakta menunjukkan bahwa kekerasan verbal, fisik, dan mental masih banyak terjadi dalam lingkup keluarga. Oleh sebab itu, ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan rumah sebagai safe space yang sesungguhnya bagi anak-anak.
Prof. Dr. Bambang Iswanto, M.H., Ketua LPPM UINSI, dalam sambutan pembukanya menyampaikan bahwa Hari Anak Nasional yang diperingati sejak tahun 1984 merupakan momentum reflektif untuk menjamin hak-hak anak serta perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan. Ia mengingatkan pentingnya memuliakan anak sebagai aset masa depan bangsa, dengan cara menumbuhkan empati, memberikan ruang ekspresi emosional, serta menciptakan dukungan konstruktif dari orang tua dan lingkungan. Dalam perspektif Islam, beliau menegaskan bahwa Rasulullah ﷺ menjadi teladan dalam menjadikan rumah sebagai tempat pendidikan dan perlindungan pertama bagi anak, sebagaimana termaktub dalam ungkapan “Rumahku adalah surgaku.”
Narasumber pertama, Shinfani Rodhiyani, M.Psi., Psikolog sekaligus pendiri Biro Psikologi “Kaca Hati,” menyampaikan bahwa anak membutuhkan ruang fisik dan emosional yang aman dan suportif agar mampu tumbuh secara optimal. Safe space tidak hanya berarti terbebas dari kekerasan fisik, tetapi juga harus bebas dari tekanan mental, ejekan, diskriminasi, dan ketidakadilan.
Ia menegaskan bahwa luka batin yang dialami anak, meskipun tak terlihat, dapat membawa dampak psikologis serius di masa dewasa, termasuk kecemasan, trauma, dan gangguan relasi sosial. Shinfani juga menyampaikan bahwa bullyingbaik di rumah, sekolah, maupun media sosial berkontribusi besar terhadap hambatan tumbuh kembang anak.
Sebagai narasumber kedua, Annisa Azizah Akbar, Puteri Muslimah Nusantara 2024, menambahkan sudut pandang sosial dan inspiratif mengenai pemenuhan hak anak. Ia mengingatkan bahwa anak memiliki hak dasar yang harus dipenuhi, yakni hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak partisipasi.
Menurut Annisa, menciptakan lingkungan yang aman tidak cukup hanya dengan menghindari kekerasan. Anak juga membutuhkan perhatian yang tulus, batasan yang sehat, serta rasa hormat sebagai individu. Ia menekankan pentingnya menjalin hubungan emosional yang positif antara orang tua dan anak, di mana anak merasa dihargai, didengar, dan diperhatikan.
“Rasa aman bagi anak hadir dari hubungan yang penuh kasih, komunikasi terbuka, dan kehadiran orang dewasa yang dapat dipercaya,” ujar Annisa.
Kolaborasi Keluarga dan Masyarakat untuk Anak Indonesia Webinar ini berhasil menghadirkan diskusi lintas bidang yang memperkuat pemahaman bahwa membangun rumah sebagai safe space bagi anak bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga bagian dari komitmen kolektif antara keluarga, masyarakat, dan institusi pendidikan.
Dengan mengusung nilai-nilai Islam, pendekatan psikologi, dan perspektif sosial, acara ini memberikan kontribusi penting dalam membentuk kesadaran publik tentang perlindungan anak. Acara yang gratis dan terbuka untuk umum ini juga memberikan sertifikat partisipasi kepada para peserta sebagai bentuk apresiasi terhadap antusiasme dalam menimba ilmu yang bermanfaat.
Penulis : Novan Halim | Editor : Agus Prajitno