SAMARINDA, UINSI NEWS, — Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda menggelar pertemuan pengayaan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) 2025–2029, yang diikuti oleh jajaran pimpinan, ketua lembaga, dekan, dan perwakilan unit kerja di lingkungan universitas. Pertemuan ini menghadirkan dua narasumber, yakni Zamzani dari Setdijen Pendis Kementrian Agama RI selaku Perencana Ahli Muda dan Dr. Edi Rahmat Widodo M.Si., dari PT. Meridian Kreatama Mandiri sebagai Konsultan Pendidikan. Dua narasumber ini yang akan memaparkan sejumlah substansi terkait arah pembangunan perguruan tinggi keagamaan, dari segi tata kelola, dan manajemen risiko.
Selanjutnya dalam sambutan Rektor UINSI Samarinda Prof. Dr. Zurqoni, M.Ag, didampingi Wakil Rektor bidang Administrasi Perencanaan Umum dan Keuangan Prof. Dr. Zamroni, M.Pd. menyampaikan bahwa proses penyusunan Renstra UINSI memerlukan perpaduan pendekatan top-down dan bottom-up. Pendekatan top-down mengacu pada Asta Cita dan Asta Protas sebagai arah kebijakan nasional, yang kemudian diterjemahkan dalam Asta Program UINSI Samarinda.
Sementara itu, pendekatan bottom-up digali melalui aspirasi dan usulan program dari unit-unit kerja di lingkungan kampus.
“Rancangan Renstra ini tidak hanya mengikuti kebijakan nasional, tetapi juga mengakomodasi kebutuhan riil dari unit-unit di UINSI. Tugas kita adalah menyinkronkan dua aliran ini agar selaras dan saling memperkuat. Usulan yang telah muncul dari Rapat Tinjauan Manajemen merupakan masukan penting yang memperkaya Renstra sebelum difinalisasi,” ujar Prof. Zurqoni.
Beliau juga menyampaikan apresiasi kepada kedua narasumber atas kontribusi pemikiran yang diberikan, serta kepada seluruh peserta yang aktif dalam proses penyusunan dokumen strategis ini.
“Kami berterima kasih kepada para narasumber dan seluruh peserta. Penyusunan Renstra membutuhkan pemikiran kreatif, konstruktif, dan kritis agar Renstra UINSI Samarinda menjadi dokumen yang berkualitas, terukur, dan akomodatif terhadap perkembangan zaman,” tambahnya.
Pada sesi materi, Zamzani memaparkan tentang hakikat Renstra, karakter esensial perencanaan strategis, serta pendekatan penyusunan Renstra yang berbasis data dan analisis. Ia menekankan bahwa Renstra harus menjadi alat navigasi bagi institusi, yang memastikan fokus pada prioritas utama, konsistensi program, dan pengelolaan risiko secara sistematis.
Sementara itu, Dr. Edi Rahmat Widodo, M.Si. menyampaikan materi terkait Pilar Distingsi UIN, yang menegaskan posisi dan keunggulan perguruan tinggi Islam. Tiga pilar utama yang dipaparkan meliputi:
Pilar Akademik dan Keilmuan, dengan integrasi ilmu agama dan sains serta penguatan riset interdisipliner;
Pilar Sosio-Kultural, yang menempatkan universitas sebagai agen perubahan sosial dan budaya;
Pilar Tata Kelola, yang menekankan transformasi kelembagaan dan digitalisasi layanan akademik maupun administratif.
Kedua narasumber juga menyoroti pentingnya manajemen risiko sesuai standar ISO 31000 sebagai elemen penting dalam penyusunan Renstra. Pendekatan ini diperlukan untuk memastikan setiap kebijakan dan program memiliki mitigasi risiko yang jelas sehingga implementasi Renstra lebih efektif dan adaptif terhadap perubahan.
Pertemuan pengayaan ini merupakan tahapan terakhir sebelum proses finalisasi Renstra. Melalui kolaborasi seluruh unit dan pemangku kepentingan, UINSI Samarinda optimis Renstra 2025–2029 akan menjadi dokumen strategis yang visioner, responsif, dan mampu menjawab tantangan transformasi PTKIN di era digital dan global.
Penulis : Novan Halim | Editor : Agus Prajitno


















