Oleh:
Dr. H. Achmad Ruslan Afendi, M.Ag
Wisuda bukan sekadar penanda akhir sebuah proses akademik, melainkan momentum spiritual untuk merenungi kembali perjalanan hidup. Tahun 2025 menjadi titik istimewa, tidak hanya bagi para wisudawan UINSI Samarinda, tetapi juga bagi diri saya pribadi karena bertepatan dengan ulang tahun saya. Dua perayaan ini wisuda dan ulang tahun bertemu pada satu garis refleksi: siapakah kita hari ini, dan hendak ke mana kita melangkah esok?
1. Renungan Religius: Syukur, Amanah, dan Jejak Pengabdian
Dalam perspektif Islam, setiap pencapaian tidak pernah berdiri sendiri. Ia adalah kombinasi antara ikhtiar, doa, dan takdir Allah. Wisuda 2025 mengingatkan kita pada firman Allah:
“Dan katakanlah: Bekerjalah kalian, maka Allah akan melihat pekerjaan kalian…” (QS. At-Taubah: 105)
Ayat ini meneguhkan bahwa ilmu bukan hanya untuk diketahui, tetapi untuk diamalkan. Pada saat yang sama, ulang tahun menegur kita tentang hakikat perjalanan umur. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak akan bergerak kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya dihabiskan untuk apa.” (HR. Tirmidzi)
Wisuda melahirkan generasi baru intelektual; ulang tahun mengingatkan bahwa waktu terus bergerak. Keduanya memanggil kita untuk bersyukur dan memperbaharui komitmen amal saleh bahwa ilmu dan usia adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan.
2. Renungan Filosofis: Diri, Makna, dan Perjalanan Menjadi Manusia
Secara filosofis, wisuda adalah rites of passage, tahapan menuju taraf eksistensi baru. Ibarat gagasan Kierkegaard tentang becoming, kehidupan selalu mengajak manusia untuk terus menjadi versi terbaik dari dirinya. Pada titik ini ulang tahun memperdalam makna refleksi:
Siapa saya hari ini dibandingkan saya setahun lalu?
Apa hikmah dari kegagalan dan keberhasilan yang telah dilewati?
Apa kontribusi eksistensial saya bagi masyarakat?
Filosof Muslim klasik seperti Al-Farabi dan Ibn Sina menekankan bahwa puncak kemanusiaan terletak pada penggunaan akal untuk meraih kebajikan. Wisuda dan ulang tahun adalah kesempatan untuk meninjau kembali apakah jalan hidup kita selaras dengan virtue dan kebijaksanaan.
3. Renungan Historis: Jejak Peradaban dan Tanggung Jawab Generasi Baru
Secara historis, perjalanan pendidikan Islam di Indonesia, termasuk UINSI Samarinda tidak lepas dari dinamika panjang pembaharuan Islam, modernisasi, dan pergulatan identitas kebangsaan. Dari surau dan pesantren tradisional menuju universitas Islam negeri modern, pendidikan Islam selalu menjadi lokomotif kemajuan sosial.
Wisuda 2025 mencatatkan babak lanjutan sejarah itu. Para lulusan hari ini berdiri di atas pundak generasi pendiri, ulama, dan pemikir yang telah menyalakan lentera pengetahuan sejak berabad-abad lalu. Maka ulang tahun saya tahun ini pun mendapat makna historis: saya hanyalah satu titik kecil dalam rentetan perjalanan panjang peradaban Islam yang harus diteruskan.
Sejarah mengajari kita bahwa setiap zaman menuntut karakter dan kompetensi baru. Generasi hari ini tidak bisa menyelesaikan masalah abad ke-21 dengan alat abad ke-20.
4. Renungan Sosiologis: Tantangan Zaman Global dan Digital
Kita hidup pada masa yang ditandai oleh:
percepatan teknologi kecerdasan buatan,
transformasi dunia kerja,
kompetisi global yang semakin ketat,
serta gejolak sosial, mulai dari disrupsi identitas hingga budaya instan.
Pada konteks ini, wisuda bukan sekadar kelulusan, tetapi penegasan peran sosial lulusan perguruan tinggi Islam. Mereka bukan hanya pencari pekerjaan, tetapi pembawa nilai value carrier yang diharapkan menjadi agen harmoni dan kemajuan.
Sosiolog Zygmunt Bauman menyebut zaman kita sebagai era liquid modernity, serba cair dan tidak stabil. Maka ulang tahun saya juga menjadi pengingat bahwa setiap individu harus lentur, adaptif, dan terus belajar (lifelong learning). Tidak ada lagi ruang bagi stagnasi intelektual.
5. Pertemuan Dua Momentum: Usia Baru, Tanggung Jawab Baru
Ketika wisuda dan ulang tahun berjumpa, muncul satu kesadaran: hidup adalah proyek yang belum selesai. Umur bertambah berarti amanah bertambah. Gelar akademik diraih berarti tanggung jawab kian besar.
Renungan ini membawa dua pesan besar:
Untuk para wisudawan UINSI 2025: Gunakan ilmu bukan hanya untuk kepentingan personal, tetapi untuk membangun umat, bangsa, dan kemanusiaan global. Dunia digital memerlukan ulama-intelektual yang berakhlak, bukan sekadar cerdas.
Untuk diri saya sendiri: Ulang tahun tahun ini adalah ajakan untuk memperbarui komitmen: menjadi lebih bermanfaat, lebih berilmu, lebih rendah hati, dan lebih siap menghadapi tantangan global.
6. Penutup: Menjemput Masa Depan dengan Iman, Ilmu, dan Karakter
Wisuda 2025 dan ulang tahun saya bukan dua perayaan yang berdiri sendiri, tetapi dua cermin yang menampilkan perjalanan ilmu dan perjalanan hidup. Dalam era globalisasi dan digitalisasi, keduanya memberi pesan bahwa masa depan tidak hanya memerlukan kecerdasan teknologi, tetapi juga kedalaman spiritual, keluasan pemikiran filosofis, pemahaman sejarah, dan kepekaan sosial.
Kita semua pada akhirnya dipanggil untuk mengukir jejak, bukan meninggalkan jejak digital semata, tetapi jejak kebaikan yang dapat dirasakan oleh banyak orang.
Selamat kepada para wisudawan UINSI 2025, dan selamat ulang tahun kepada diri saya sendiri, semoga langkah baru ini dipenuhi keberkahan, hikmah, dan manfaat bagi semesta. Aamiin Yaa Rabb !!!






