SAMARINDA, IAIN NEWS,-Didi Admanur tidak teralahir dari keluarga yang terbilang cukup, ia dididik untuk mandiri sedari kecil. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan semester 4 ini menjadi wakil Kaltara untuk Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) ke Kanada. Suatu hal yang tak pernah dibayangkannya. Berikut kisah selengkapnya.
Pemuda kelahiran Sembakung, 15 Juni 1995 itu akan menjalani kehidupan berbeda dari biasanya. Karena sekitar Juli dan Agustus dia akan hidup di negeri orang dalam kurun waktu yang tidak sebentar.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar Didi sapaan akrabnya selalu juara dalam hal apapun. Di antaranya lomba membaca puisi cerdas cermat dan prestasi akademik lainnya. Setelah lulus dari seragam merah putih, Didi melanjutkan di sekolah menengah pertama, prestasi yang diperolehnya semakin meningkat.
Intensitas juara yang ia raih semakin sering, termasuk Didi tak pernah absen menjadi juara kelas kala itu. Diakuinya prestasi yang dia dapatkan tak luput dari bantuan para guru-guru dan doa dari kedua orang tuanya.
“Saat masih sekolah saya termotivasi untuk giat belajar karena saya ingin membuktikan bahwa seorang anak buruh tani bisa berprestasi di sekolah,” kata Didi. Saat ini Didi tercatat sebagai mahasiswa semester 4 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda.
Diceritakan Didi, awal mula dirinya bisa mengikuti seleksi PPAN 2017 itu karena rekomendasi dan dorongan oleh salah seorang gurunya semasa sekolah yaitu Syarifah Camelia Fartida di Tarakan. Setelah memberanikan diri, Didi pun mengikuti tes dengan persiapan yang telah dilakukannya.
“Sebelumnya saya nggak tahu apa itu PPAN. Posisinya saat itu pendaftaran sisa seminggu lagi, jadi deadlinenya sangat mempet. Akhirnya saya cari tau sembari pempersiapkan mental dan lainnya,” jelas Didi.
Keikutsertaan Didi seleksi PPAN itu tidak semulus jalan tol, karena saat ingin pulang ke Tarakan, dia terkendala biaya. Mengingat tabungan yang dimilikinya tidak cukup untuk membeli tiket pesawat. Namun, kerabat dekatnya saat itu berbaik hati memberikannya uang transportasi hingga sampai ke Tarakan.
“Waktu itu orang tua saya nggak bisa mengirimkan uang untuk beli tiket. Tetapi Alhamdulillah dapat bantuan, yaitu dari sepupu saya, Pak Asnawi Arbain yang membelikan tiket hingga sampai ke Tarakan,” cerita Didi.
Sesampainya di Kota Tarakan Didi, langsung memanfaatkan waktu yang masih tersisa untuk berlatih. Didi berlatih dengan salah seorang mahasiswa Universitas Borneo Tarakan (UBT) yang kebetulan menjadi kakak tingakatnya sewaktu SMA. Saat itu Didi melakukan pemantapan tarian Jepen yang menjadi khas Kaltara dan beberapa gerakan dasar dalam waktu dua jam.
“Dan persiapan saya sangat sedikit sekali. Beruntung ada kaka tingkat saya yang mengajarkan tarian Jepen. Alhamdulilla saya bisa kuasai tarian dasar untuk persiapan mengikuti PPAN, semua itu butuh perjuangan yang sangat panjang. Bahasa Inggris saya pas-pasan tapi dengan keyakinan hati saya bersungguh-sungguh untuk belajar dalam semalam,” jelas Didi
Setelah persiapan yang dilakukannya, hari H saat tes pun tiba. Semua peserta yang akan mengikuti seleksi dikumpulkan di salah satu hotel yang berada di Jalan Sebengkok Tarakan. Saat sampai di hotel, Didi lantas tak berdiam diri. Dia kembali berlatih agar saat tes tiba dia bisa memberikan penampilan terbaiknya.
“Saya langsung berlatih nyanyi dan nari di dalam kamar padahal waktu sudah mepet sekali,” ujar Didi.
Tes-tes yang dilalui Didi terdiri dari sesi tes bahasa inggris, public speaking/komunikasi, pengetahuan seputar agama, akademik dan non akademik, pengetahuan tentang nasional dan internasional, lalu seni dan budaya.
Tibalah waktunya pengumuman seleksi. Didi tidak percaya jika dia yang terpilih mewakili Kaltara dan akan diberangkatkan ke Kanada setelah Idul Fitri. “Semua kaget tidak menyangka bahwa yang terpilih malah anak smeter 4 yang di bawah mereka,” ucap Didi.
Setelah dipercaya mewakili Kaltara, Didi tak akan menyianyiakan kesemapatan tersebut. Diakuinya, saat ini dirinya telah mempersiapkan ilmu-ilmu budaya yang akan dia bawa ke Kanada,
Dia ingin memperkenalkan kebudayaan asli suku Tidung dan Dayak serta seni dan budaya yang ada di KalTara. Tidak hanya itu ia juga mempersiapkan pengetahuan seputar Kaltara dan memantap kan bahasa Inggrisnya sebagai modal untuk berkomunikasi di sana (Kanada) nantinya.
Harapanya sepulang dia dari Kanada, Didi ingin menularkan ilmu yang didapatkannya ke anak-anak Sembakung, kampung halamanya. Terutama pengetahuan tentang bahasa Inggri, besar harapanya agar anak-anak sekitarnya termotivasi untuk belajar bahasa Inggris. Beharap nantinya kalaupun Sembakung itu kampung tapi generasi di Sembakung tidak kampungan dan ia ingin anak-anak di Sembakung terus berprestasi.
“Dan karena saya saat ini menjadi ambassador Kaltara wajib bagi saya memperkenalkan semua daerah-daerah selain desa asal saya” pungkas Didi sebagaimana dikutip IAIN NEWS dari Radar Tarakan.(nri)