Turut hadir, Muzakki Yamani (Wakil Pengasuh Ponpes Miftahus Sunnah Surabaya), Mughits Al-Iroqi (Wakil Pengasuh Ponpes Miftahus Sunnah Surabaya), Nur Hidayat (Wasekjend PBNU), Ali Cholil (Rais Syuriyah PWNU Kaltim), Fauzi AHmad Bahtar (Ketua Tanfidziyah PWNU Kaltim), Widyasmoro (Ketua BAZNAS Samarinda), serta MWC NU se-Kota Samarinda.
Dalam kesempatan itu, Rektor UINSI Samarinda menyambut baik kedatangan Rais Aam PBNU dan rombongannya serta berharap agar pertemuan ini menjadi silaturahmi yang memperkuat rasa persaudaraan untuk saling mengisi kemerdekaan.
“Semua sedang berjuang keras mengisi kemerdekaan, dimana ada sebuah pepatah bahwa membangun itu berat tapi memelihara tentu akan jauh lebih berat. Oleh sebab itu, semoga Kuliah Umum hari ini menjadi jembatan ilmu bagi kita semua sebelum mengawali semester baru, menjadi pendidik yang arif bijaksana, bertutur dan bersikap moderasi beragama, dan memotivasi sesama dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab bersama.”
Atas nama lembaga dan pribadi kami mengucapkan terimakasih wabil khusus kepada pengurus Nahdlatul Ulama mulai dari Provinsi samapai ke ranting yang selama ini yang selalu membersamai UINSI dalam meraih beberapa prestasi insyaallah ini akan menjadi amal jariah bagi kita semua.
Sebagai narasumber, KH. Miftachul Akhyar menuturkan bahwa apa yang diajarkan oleh Nahdlatul Ulama sesungguhnya berasal dari tuntunan Rasulullah saw. Selain itu, ruang lingkup Nahdlatul Ulama tidak hanya mencakup domain Indonesia saja melainkan seluruh dunia.
“Jika dilihat kembali tulisan dha di logonya NU itu membentangi dunia, para muassis telah memikirkan hal itu sehingga peranan yang diambil NU itu sangat luas hingga keseluruh dunia. Makanya, tepat jika momentum satu abad PBNU ini mengambil tema merawat jagad membangun peradaban, ya karena NU untuk satu jagad.”
“Dakwahnya Islam itu bukan memukul, tapi merangkul, bukan marah-marah, tapi ramah-ramah. Supaya apa? Melahirkan yang namanya moderasi beragama, tengah-tengah. Karena sejak awal Islam datang ke Indonesia itu sudah bertemu dengan banyak agama dan budaya, agar diterima oleh masyarakat, tentu kita harus menunjukkan sikap yang ramah sebagaimana yang sudah Nabi Muhammad saw. ajarkan.” (humas/nu).