SAMARINDA, UINSI NEWS,- Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar,M.A. menjadi narasumber Seminar Internasional MTQ Nasional Ke-30 Tahun 2024 di Auditorium 22 Dzulhijjah Kampus 2 UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Senin (9/9).
Kehadiran Prof. Nasaruddin di UIN Sultan Aji Muhammaad Idris Samarinda mengundang atensi khusus dari para peserta dan undangan, mengingat momen viral beliau sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal yang mencium kening Paus Fransiskus saat kunjungannya ke Jakarta beberapa hari lalu.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Nasaruddin jelaskan bahwa berdialog itu sangat penting, bahkan berdialog ini sudah dilakukan sejak masih janin. Hal ini berkaitan dengan peristiwa ditanyanya janin didalam Rahim ibu oleh Allah swt dan tidak akan mungkin lahir di dunia sebelum terlebih dahulu ditanya oleh Allah swt.
Selain berdialog dengan janin, Allah juga mencontohkan dirinya berdialog dengan malaikat bahkan dengan makhluk yang paling jahat, yaitu iblis. Melalui contoh-contoh ini Prof. Nasaruddin pun tekankan bahwa berdialog dalam Islam adalah hal penting.
“Dialog itu sangat mahal sangat penting. Kalau ada orang melarang dialog umatnya itu tidak mencontoh Rasulullah dan tidak mencontoh Allah swt. Orang yang anti dialog yang tidak mau berdialog dengan orang lain itu tidak mencontoh Al-Qur’an,” jelasnnya.
“Spirit Al-Qur’an memerintahkan kita untuk berdialog. Rasulullah bahkan mengajak berdialog anak kecil bahkan orang kafir atau non muslim,” lanjutnya.
“Muliakanlah tamunya sekalipun orang kafir. Manusia apapun agama, jenis kelamin, etniknya wajib dimuliakan. Karena ada ruh Allah didalam diri mereka,” sambungnya.
Lebih lanjut, Prof, Nasaruddin juga ceritakan kisahnya yang menjadi viral selama kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta.
“Jadi viral kemarin, kenapa Imam Besar mencium kepala Paus. Itu spontan karena saya merasakan saya seperti berhadapan dengan Bapak saya. Karena Ketika saya berbahasa Inggris beliau tidak reson, tapi Ketika saya berbahasa arab direspon. Ternyata 6 tahun tinggal di negeri Arab Syria dan Sudan, jadi Paus bisa berbahasa arab,” ujarnya.
“Jadi kami akrab berdua sepanjang jalan. Apakah salah kalau saya mencium? Karena petuah-petuahnya itu sangat luhur. Ada ayatnya kan? Muliakanlah tamunya. Bentuk kita memuliakan orang itu, kalau bapak ibu mencium kepala anaknya dosa gak? Enggak lah. Kan itu bentuk penghormatan kita. Kepada ortu kita, cium tangan. Dia berkali-kali mencium tangan saya, masa’ tidak saya respon?” lanjutnya.
“Jadi jangan takut berdialog,” tekannya.
Selain itu, Prof. Nasaruddin juga jabarkan bagaimana Rasulullah menjadikan masjid sebagai tempat peradaban umat.
“Masjid digunakan untuk memperkuat umat, memberdayakan umat. Jika hanya untuk sholat, bumi Allah adalah masjid. Mubazir jika hanya menggunakan masjid untuk shalat, ini tidak mencontoh masjid Rasulullah,” pesannya.
Prof. Nasaruddin juga pesan agar jangan anti kepada orang yang beragama lain, karena kita semua memiliki silsilah yang sama.
Selain itu, Prof. Nasaruddin juga berharap sivitas akademika UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda bisa memberi pencerahan kepada umat tentang nilai-nilai Al-Qur’an dalam mewujudkan perdamaian dan peradaban dunia.
“Bagaimana mendialogkan untuk menyelesaikan konflik agar tidak ada lagi perperangan,”
“Tantangannya adalah bagaimana menumbuhkan rasa toleransi sejak dini,”
“Sesungguhnya orang-orang yang memiliki keimanan itu bersaudara. Saatnya kalian para mahasiswa memberi pencerahan kepada umat kita. Kita mengedepankan pertemuan bukan perbedaan, dan inilah yang dipesankan oleh Rasul. Kenapa kita harus berbeda, kenapa harus berperang kalau bisa berdamai,” sambungnya.
“Waktunya Asia Tenggara menghasilkan peradaban Islam baru, khususnya Indonesia, terutama Kalimantan Timur dan UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda,” tutupnya. (HUMAS/ns)