Skip to content

Raihlah Kebahagiaan Hidup

Opini,- Setelah shalat fardhu lima waktu, kita sering berdoa:

رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa neraka.

Lantas, bagaimana cara meraih hidup bahagia? Jawabannya adalah mengikuti tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97, Allah berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ
Artinya: Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.

Menurut Imam al-Qurtubi, salah satu tanda hidup bahagia adalah memiliki rezeki halal. Rezeki yang halal membawa keberkahan, memudahkan urusan, membuat keluarga sakinah, mawaddah, rahmah, dan memberikan ketenangan. Walau sedikit, rezeki yang halal cukup untuk kebutuhan hidup dan membawa akhir yang husnul khatimah.

Contohnya, ada keluarga sederhana yang hidup pas-pasan, tetapi berpegang pada rezeki halal. Dengan berkah dari Allah, mereka mampu mencukupi kebutuhan, mendidik anak-anak menjadi orang yang sukses, dan menjalani kehidupan penuh kebahagiaan. Inilah bukti bahwa rezeki halal adalah kunci hidup bahagia.

Ali ra membagi rezeki menjadi dua :

)الرزق نوعان رزق يطلبك  ورزق تطلبه ) ..فأما الذي يطلبك فسوف يأتيك و لو على ضعفك، و أما الذي تطلبه فلن يأتيك إلا الا بسعيك و هو أيضاً من رزقك .. فالأول فضل من الله و الثاني عدل من الله

Artinya: “Rezeki itu ada dua jenis: rezeki yang datang kepadamu dan rezeki yang harus kau usahakan. Adapun rezeki yang datang kepadamu, ia akan sampai kepadamu bahkan dalam keadaan lemah sekalipun. Sedangkan rezeki yang kau usahakan, tidak akan datang kepadamu kecuali dengan jerih payahmu, namun itu juga termasuk rezekimu. Rezeki yang pertama adalah anugerah dari Allah, sementara rezeki yang kedua adalah keadilan dari Allah.”

Kedua, Qanaah adalah sikap ridha dengan pemberian Allah. Tanpa qanaah, meskipun seseorang memiliki banyak harta dan jabatan tinggi, ia akan merasa kurang, serakah, dan tidak bahagia. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits Riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz 2 halaman 730:

 “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi kecukupan rezeki, dan dianugerahi qanaah atas apa yang diberikan kepadanya.” (HR Muslim).

Untuk memiliki sifat qanaah, Nabi mengajarkan:

      انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

Artinya: Lihatlah orang yang ada di bawah kalian, jangan melihat seseorang yang ada di atas kalian, hal tersebut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepada kalian. (HR Muslim).

Contohnya, seseorang yang memiliki mobil harus bersyukur karena masih banyak yang hanya mampu naik motor. Mereka yang naik motor juga harus bersyukur karena ada yang hanya bisa naik sepeda. Bahkan, orang yang naik sepeda harus bersyukur karena ada yang hanya berjalan kaki. Begitu pula yang berjalan, bersyukurlah karena masih ada yang tidak bisa berjalan. Sifat qanaah mencerminkan kebahagiaan dan ketenangan hidup.

Tentang masalah Qana’ah, orang-orang shaleh memberi nasehat kepada kita :

الحياة لا تعطينا كل ما نحب، ولكن القناعة تعطينا كل الحياة

“Hidup tidak selalu memberi kita segala yang kita cintai, tetapi qanaah (kepuasan diri) memberi kita seluruh kehidupan.

 غياب القناعة هو المعنى الحرفي لغياب الطمأنينةوالراحة

Ketiadaan qanaah adalah makna harfiah dari hilangnya ketenangan dan kenyamanan.”

اثنان لا يصطحبان أبداً: القناعة والحسد، واثنان لا يفترقان أبداً الحرص والحسد.
“Dua hal yang tidak pernah bersatu: qanaah (kepuasan diri) dan hasad (iri hati). Dan dua hal yang tidak pernah terpisah: keserakahan dan hasad.”

Ketiga, Taufiquhu ilath-thâ‘at adalah pertolongan Allah untuk berbuat baik, beribadah, dan taat. Agar mendapatkan pertolongan Allah, kita perlu menolong agama-Nya, seperti yang Allah firmankan dalam QS Muhammad ayat 7:

“Jika kamu menolong agama Allah, Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Orang yang beramal sesuai dengan apa yang dicintai Allah, seperti menuntut ilmu, mengajar, memakmurkan masjid, dan menolong sesama, akan mendapat pertolongan-Nya. Mereka akan hidup bahagia.

 Ibnul Jauzi berkata:

إن مشقَّة الطاعة تذهب ويبقى ثوابها، وإن لذة المعصية تذهب ويبقى عقابها.” – ابن الجوزي

“Kesulitan dalam taat akan berlalu, tetapi pahalanya kekal. Kenikmatan maksiat akan hilang, tetapi hukuman tetap ada.”

Keempat, Halâwah Thâ‘ât adalah merasakan manisnya ibadah dan ketaatan kepada Allah. Nabi bersabda (HR Bukhari):

“Tiga golongan akan merasakan manisnya iman: (1) orang yang mencintai Allah dan Rasul lebih dari segalanya, (2) orang yang mencintai seseorang karena Allah, (3) orang yang membenci kekufuran seperti ia benci dilempar ke neraka.”

Ibadah yang ikhlas membawa kebahagiaan dalam hidup.

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa anjuran Rasulullah untuk meraih kebahagiaan adalah dengan memperoleh rezeki yang halal, qanaah (menerima) apa yang telah diberikan Allah, mendapatkan pertolongan Allah dalam ketaatan, dan merasakan nikmatnya keimanan.
Semoga kita semua selalu mendapatkan rahmat Allah, sehingga kita menjadi hamba yang bahagia di dunia dan akhirat.

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
LANGUAGE»