SAMARINDA, UINSI NEWS – Ma’had Al Jami’ah Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda kembali menggelar kajian rutin kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Kegiatan ini menjadi agenda pekanan yang secara konsisten dilaksanakan sebagai bagian dari pembinaan intensif terhadap para mahasantri putra dan putri yang tinggal di asrama kampus. (26/5)
Kajian tersebut diasuh langsung oleh Al Ustadz Moh. Nasrun, M.Pd.I., seorang akademisi sekaligus praktisi pendidikan Islam yang telah lama berkecimpung dalam dunia pesantren dan pengajaran kitab klasik. Kegiatan ini tidak hanya bersifat ritual keilmuan, tetapi juga merupakan bentuk internalisasi nilai-nilai moral dan etika dalam proses pencarian ilmu, sebagaimana termaktub dalam kitab tersebut.
Adabul ‘Alim wal Muta’allim merupakan salah satu karya monumental KH. Hasyim Asy’ari yang mengulas secara mendalam tentang adab dan etika seorang alim (orang berilmu) maupun seorang thalibul ‘ilmi (penuntut ilmu). Kitab ini memberikan panduan praktis serta konseptual mengenai bagaimana semestinya seseorang berinteraksi dengan ilmu, guru, teman sejawat, serta lingkungan belajar. Dalam konteks pembinaan mahasantri, kitab ini menjadi rujukan penting dalam menanamkan karakter, kesantunan, dan spiritualitas yang menjadi dasar keilmuan Islam.
Menurut Ustadz Moh. Nasrun, kajian ini memiliki relevansi tinggi dalam menjawab tantangan moral generasi muda, khususnya dalam dunia akademik yang kerap mengedepankan intelektualitas tanpa dibarengi dengan spiritualitas dan akhlaq. “Kita ingin membentuk pribadi intelektual muslim yang tidak hanya cerdas secara nalar, tetapi juga santun, tawadhu’, dan berakhlak karimah dalam seluruh aspek kehidupan,” ujarnya dalam salah satu sesi kajian.
Lebih dari sekadar kegiatan akademik, kajian ini juga merupakan bagian dari upaya memakmurkan Masjid Sultan Aji Muhammad Idris yang terletak di lingkungan kampus UINSI Samarinda. Dengan menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan ruhani dan intelektual, diharapkan masjid dapat kembali ke fungsi utamanya dalam sejarah Islam sebagai pusat transformasi ilmu, peradaban, dan karakter.
Para mahasantri menyambut kegiatan ini dengan antusias. Kajian ini menjadi ruang reflektif yang sangat berarti di tengah kesibukan perkuliahan. “Kami merasa sangat terbantu untuk memahami hakikat adab dalam menuntut ilmu. Ini menjadi bekal penting untuk kehidupan kami baik di kampus, di masyarakat, maupun di masa depan sebagai calon intelektual muslim,” ungkap salah satu mahasantri.
Ke depan, pihak Ma’had Al Jami’ah merencanakan untuk mengembangkan kajian ini dengan pendekatan tematik dan diskusi interaktif agar mampu menjangkau lebih banyak mahasantri dan memberikan dampak yang lebih luas dalam pembentukan karakter ilmuwan muslim sejati.
Dengan adanya kajian rutin ini, UINSI Samarinda terus menunjukkan komitmennya dalam membangun sinergi antara keilmuan akademik dan pembinaan spiritual berbasis nilai-nilai keislaman yang autentik dan mendalam.
Penulis : Novan Halim | Editor : Agus Prajitno