Cross Cultural Understanding, TBI FTIK UINSI Hadirkan Pembicara Dari Mancanegara di Internasional Webinar

SAMARINDA, UINSI NEWS,- Tadris Bahasa Inggris (TBI) FTIK UINSI Samarinda selenggarakan International Webinar Series yang terbagi dalam 3 agenda, yaitu Studium General pada tanggal 23 September 2022, International Webinar Series Pertama pada tanggal 30 September 2022, dan International Webinar Series Kedua pada tanggal 28 Oktober 2022 mendatang.

Agenda pertama, Studium General yang membahas tentang “Cross-Cultural Understanding in Language Education Department: Assests to Z Generation in Digital Age” dilaksanakan secara daring melalui aplikasi zoom dengan menghadirkan pembicara dari dalam maupun luar negeri, Jum’at (23/09).

Hadir secara daring pada kesempatan tersebut Andrew Yi Ming Lim, Ph.D. dari Selendia Baru, Yuyun W.I. Surya, M.A., Ph.d. dari Indonesia, dan Dr. K. Sindhu dari India untuk membahas terkait Cross Culture Understanding dalam sudut pandang masing-masing negara.

Rostanti toba, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa FTIK UINSI Samarinda dalam sambutannya sampaikan bahwa tema Cross Cultural Understanding ini tidak hanya akan berkisah seputar bahasa dalam segi pendidikan, tapi akan menyangkut banyak aspek, seperti pengaruh budaya pada penggunaan bahasa atau simbol dalam komunikasi yang mana bisa berbeda arti antar satu negara dengan negara lainnya.

Rostanti juga berharap para peserta dapat bertukar ide, aktif berpartisipasi, dan memahami pemaparan dari para narasumber dengan baik.

Senada dengan Rostanti, Dina Destari, M.Pd., selaku moderator pada sesi Studium General ini menambahkan alasan untuk perlunya mengangkat tema Cross Cultural Understanding.

“Mahasiswa generasi Z saat ini, termasuk mahasiswa di UINSI, memiliki banyak platform untuk belajar dan berteman. Mereka tidak hanya belajar di dalam negeri, tapi bahkan bisa sampai ke luar negeri. Begitu juga dengan berteman, mereka juga bisa bebas menjangkau dan berteman tanpa batasan negara melalui paltform media sosial. Sehingga pemahaman tentang Cross Cultural Understanding ini diharapkan dapat berguna untuk memudahkan mahasiswa memahami latar belakang seseorang sehingga dapat membawa diri dalam berinteraksi dan bergaul dengan baik,” jelasnya.

Pembicara pertama adalah Andrew Yi Ming Lim, Ph.D. Andrew adalah peneliti yang merupakan keturunan China yang lahir dan besar di Malaysia, kemudian menetap di Selandia Baru. Pada kesempatan tersebut, Andrew bahkan menunjukan potret keluarganya yang mencerminkan kehidupan cross cultural.

Dalam presentasinya, Andrew membandingkan komposisi etnik dan agama di Malaysia dengan di Selandia Baru.

“Malaysia didominasi penduduk asli dengan istilah Bumiputra dan mayoritas beragama Islam, sedangkan Selandia baru di dominasi oleh etnik NZ Eropa dan Chinese sebanyak 3.7% dan mayoritas tidak memeluk agama apapun,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Andrew juga jelaskan tentang sejarah dari kedua negara tersebut hingga latar belakang dan perkembangan budaya yang mempengaruhi penggunaan bahasa di Malaysia dan Selandia Baru.

Pembicara kedua, Yuyun dari Universitas Erlangga, ingatkan bahwa Indonesia adalah negara multikultural dengan adat istiadat serta suku yang beragam. Tidak mudah untuk mempertahankan multikultural ini, sehingga sangat penting bagi kita untuk memahami konsep multikultural dan cross cultural.

“Kita cenderung mudah menghakimi kebiasaan atau adat istiadat yang berbeda dengan yang biasa kita lakukan. Sehingga mengakui keberagaman budaya ini sangat penting agar kita bisa berinteraksi dan bergaul dengan baik.”

Yuyun juga sampaikan bahwa manusia hidup di lingkungan yang penuh dengan simbol. Simbol tertentu bisa memiliki arti yang berbeda jika orang yang melihatnya juga memiliki persepsi yang berbeda. Sehingga perlu komunikasi untuk dapat saling memahami.

“Budaya dan adat istiadat tidak dapat diketahui tanpa adanya komunikasi, tapi komunikasi baru bisa berhasil dipahami jika kita memahami budaya masing-masing. Perlu ada pemahaman tentang budaya dan adat istiadat lawan bicara. Inilah pentingnya cross cultural understanding, untuk menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi,” jelasnya.

Selanjutnya, Dr. Shindu dari Periyar University India sebut budaya atau culture sebagai nilai-nilai yang diyakini oleh sekelompok orang. Budaya mempengaruhi kata-kata, gaya bahasa, gestur, dan bahasa tubuh seseorang.

“Cross cultural understanding berarti memahami budaya seseorang sehingga kita bisa menyesuaikan pandangan dan sikap kita terhadap orang tersebut. Hal ini akan menghindarkan kita dari kesalahpahaman dan menghakimi. Dengan memahami ini tentu komunikasi akan bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dr. Shindu sebut India sebagai salah satu negara multikultural dan cross culture. Kondisi cross culture ini umumnya disebabkan oleh imigrasi, penjajahan, dan pengaruh perkembangan zaman.

“India memiliki banyak bahasa, banyak suku, banyak agama, dan banyak budaya. Keberagaman ini jangan sampai menjadikan kita terpecah belah, namun harus tetap bersatu dalam kesatuan. Itulah pentingnya croos cultural understanding,” tutupnya.

Saksikan siaran ulang Studium General “Cross-Cultural Understanding in Language Education Department: Assests to Z Generation in Digital Age” melalui link
https://www.youtube.com/watch?v=afTXk1k1rSU
(Humas/ns)

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
LANGUAGE»