MENELADANI AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW ; MENJAGA LISAN

Oleh : Darmawati

Dosen UINSI Samarinda

Gejolak demokrasi baru saja melanda negeri kita tercinta Indonesia. Ucapan seorang wakil rakyat, yang seharusnya menjadi jembatan antara aspirasi masyarakat, justru berubah menjadi peluru panas yang melukai hati masyarakat. Peribahasa “mulutmu harimaumu” seakan mendapat relevansi baru, bukan lagi sekedar peribahasa usang, melainkan cerminan nyata dari dampak fatal sebuah ucapan.
Berawal dari ucapan kontroversial, seorang wakil rakyat bernama A. Sahroni menjadi sorotan publik, setelah menyebut masyarakat “tolol” jika mendukung wacana pembubaran DPR. Pernyataan itu ia sampaikan saat kunjungan kerja di Polda Sumatera Utara, Jumat (22/8/2025). “Mental manusia yang begitu adalah mental manusia tertolol sedunia. “Catat nih, orang yang cuma mental bilang bubarin DPR, itu adalah orang tolol sedunia,” ujarnya. Pernyataan tersebut langsung memicu kritik luas. Bukan hanya karena dianggap merendahkan rakyat, tetapi juga karena A. Sahroni sudah tiga periode duduk di parlemen dengan gaji dari uang negara. Kini politisi itu resmi dicopot dari jabatannya sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI setelah ucapannya tersebut menuai kontroversi. Akibatnya pada Sabtu (30/8/2025) massa menyerang rumah Sahroni dan menjarah semua harta benda di rumahnya. Unjuk rasa pun dan kerusuhan terjadi dimana-mana, bukan hanya di Jakarta, namun juga di Bandung, Solo, Surabaya, Makassar. Berlanjut unjuk rasa merata di seluruh kota di tanah air pada Senin, 1 September 2025.
Menjaga marwah sebagai wakil rakyat bukanlah sekadar tentang menjaga citra, melainkan tentang menjalankan amanah sebagai wakil rakyat. Kesalahan dalam bertutur kata dapat mengakibatkan fatal. Kita hidup di zaman media sosial digital, dimana pernyataan bisa viral dalam detik dan menciptakan jurang pemisah antara masyarakat dan wakilnya. Ucapan arogan bukan lagi sekedar rumor, melainkan dokumen otentik yang melukai dan mempermalukan. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pejabat publik. Bukan hanya anggota DPR saja, para pejabat dan pemimpin lainnya seperti Menteri, Gubernur, Walikota/Bupati, Camat bahkan publik figur, sudah seharusnya berpikir dua kali sebelum melontarkan sebuah kata atau kalimat bahkan wacana. Berbicara secara cerdas berarti menyajikan data dan fakta yang valid, bukan sekadar narasi yang tidak berdasar.
Wakil Presiden ke-12 Republik Indonesia, Jusuf Kalla, memberikan analisisnya soal aksi unjuk rasa yang berkepanjangan dan meluas ke berbagai daerah, bahkan berujung anarkis ini juga disebabkan akumulasi kemarahan masyarakat karena kondisi ekonomi dan tingkah laku anggota DPR RI. Ditambah lagi, insiden tewasnya pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, usai dilindas oleh kendaraan taktis (rantis) Brimob. Jusuf Kalla berharap semua pihak menahan diri dan demonstrasi selesai secepatnya karena akan berdampak buruk pada semakin sulitnya perekonomian. Menahan diri berarti mengendalikan emosi, menjaga lisan, dan tindakan agar tidak memperkeruh suasana.
Menjaga lisan adalah bagian dari akhlak mulia yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia, beliau menekankan pentingnya menjaga lisan.
Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”
Imam Nawawi berkomentar tentang hadits ini ketika menjelaskan hadits-hadits Arba’in. Beliau menjelaskan, “Imam Syafi’i menerangkan bahwa maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara”. Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara”.
Sebuah pepatah bahasa Arab menyebutkan:
“Al-Kalamu yanfudzu ma la tanfudzuhu al-ibaru” ( Ucapan itu dapat menembus apa yang tidak dapat ditembus oleh jarum).
Ungkapan di atas seakan menegaskan tentang betapa pentingnya seseorang menjaga lisannya. Membiarkan lisan untuk mengucapkan apa pun yang ada dibenak tanpa pikir panjang, hanya akan berdampak buruk bagi diri sendiri. Betapa banyak orang yang begitu menyesal setelah dia mengucapkan sesuatu yang ternyata berdampak buruk bagi dirinya di kemudian hari. Betapa banyak pula orang berurusan dengan hukum gara-gara ucapannya dianggap berbau sara, yang melecehkan, mendiskriditkan dan menyakiti orang, suku,agama, atau ras lain.
Lisan diibaratkan seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, lisan dapat digunakan untuk menyebarkan kebaikan, seperti menyampaikan ilmu, memberi nasihat, dan menghibur orang lain. Namun, di sisi lain, lisan juga bisa melukai hati orang lain melalui perkataan buruk, seperti fitnah, gosip, dan ujaran kebencian.  Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga adab berbicara. Hal ini mencakup berkata dengan lemah lembut, tidak menyakiti orang lain, dan menghindari pembicaraan yang sia-sia.
Marilah kita jadikan lisan sebagai alat untuk menyebarkan kebaikan, menghindari keburukan, dan selalu berusaha berkata yang benar sesuai dengan tuntunan baginda Rasulullah SAW.

Bulan bersinar begitu indah

Kalau dipandang tenanglah jiwa

Selamat maulidurrasul 1447 hijriah

Semoga bertambah iman dan taqwa

Bulan maulid bulan mulia

Bulan kelahiran Nabi kita

Mari menyambut dengan gembira

Dalam hati sungguh bahagia

Tinggi terbangnya si burung elang

Terbang menembus ke angkasa

Memang lidah tak bertulang

Salah berucap hati terluka

Burung pipit di atas pohon cemara

Terbang lagi ke tengah sawah

Pikir dahulu sebelum bicara

Banyak bicara banyak salah

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
LANGUAGE»