Skip to content

Opening International Webinar Series “Bridging Diversity to Create an Inclusive Society”

SAMARINDA, UINSI NEWS,- Sesi I International Webinar Series diselenggarakan secara daring oleh FUAD UINSI Samarinda dengan subtema “Bridging Diversity to Create an Inclusive Society”. Selasa (26/7/2022).

Riska Dwi Agustin, S.Hum., M.A. selaku Ketua Panitia sampaikan bahwa webinar ini merupakan tahap akhir dari proyek Global Exchange on Religion in Society (GERIS).

“Kegiatan ini merupakan kegiatan keiikutsertaan saya dalam mengikuti program Global Exchange on Religion in Society (GERIS) sejak bulan Juni 2021. Kemudian, kegiatan ini juga merupakan tahapan akhir setelah saya melakukan exchange ke Afrika Selatan bersama beberapa delegasi dari hampir seluruh belahan dunia, sehingga diharapkan bulan September nanti bisa selesai semua,” ungkapnya.

Kegiatan ini didanai oleh Uni Eropa melalui Particip GmBH yang bekerjasama dengan UINSI Samarinda.

“Diikuti oleh 50 peserta tetap untuk dua hari kegiatan dan peserta umum bisa mengikuti streaming di UINSI TV. Pendanaan dari dana hibah 640 euro yang akan digunakan demi kelancaran kegiatan dan pencapaian tahap akhir proyek GERIS,” imbuhnya.

Dr. Hj. Noorthoibah, M.Ag. turut hadir menyambut dengan antusias dan terima kasih kepada panitia yang terlibat, narasumber, dan atas kerja sama yang terjalin antara GERIS dan UINSI Samarinda.

Amirullah, M.Ud. sebagai moderator membuka dengan sekilas preliminary subtema pertama International Webinar Series.

“Diversity atau keragaman ini keniscayaan atau dalam bahasa agama kita dikenal sunnatullah. Seringkali dipahami diversity sebagai perbedaan, hal-hal inilah yang kemudian melahirkan konflik dan meningkatkan kasus intoleransi, terutama kepada kelompok-kelompok minoritas,” tuturnya.

“Kasus-kasus seperti kekerasan seksual yang saat ini marak diperbincangkan kembali juga menjadi sebuah isu penting setelah kasus tersebut memasuki lembaga-lembaga pendidikan keagamaan. Nah, ini yang akan disampaikan dan dijelaskan oleh dua narasumber ahli kita,” imbuhnya.

Prof. Dr. Hj. Rukmina Gonibala, M.SI. sebagai narasumber pertama yang membuka International Webiar Series dengan materi tentang diversity dalam masyarakat multikultural.

“Setiap negara berbeda-beda, keragaman Indoenesia tidak lagi terjadi kesenjangan yang jauh karena demokrasi Indonesia setelah revormasi 1998 berbanding lurus dengan toleransi, bahkan di Indonesia, sudah pernah ada Presiden perempuan,” jelasnya.

“Perbedaan adalah sunnatullah, given dari Tuhan. Dengan perbedaan kita memiliki argumentasi bahwa keberagaman tidak bisa disatukan dalam satu teologi saja, tetapi juga bisa dalam satu konsep sosial, politik, pendidikan. Bahkan pendidikan dipayungi Undang-undang bahwa pendidikan adalah hak semua orang, yang miskin, yang kaya, bahkan perempuan sendiri juga punya hak,” ungkap Prof. Rukmina. (humas/rh).

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn
LANGUAGE»