Skip to content

Akhlak Lebih Utama Daripada Ilmu

Dalam Islam, akhlak yang baik memiliki kedudukan yang sangat tinggi, bahkan lebih utama daripada ilmu pengetahuan. Ilmu memang penting karena dapat memberikan pemahaman tentang berbagai aspek kehidupan dan ajaran agama, tetapi ilmu tanpa akhlak yang baik tidak memiliki nilai yang sempurna. Akhlak adalah cerminan dari perilaku dan kepribadian seorang Muslim yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam.

Seringkali muncul pertanyaan: manakah yang lebih utama? Apakah ilmu yang mendalam atau akhlak yang mulia? Islam, sebagai agama yang sempurna, memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan ini. Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW secara tegas menempatkan akhlak sebagai fondasi utama bagi seorang muslim.

Akhlak berasal dari kata “khuluq” yang berarti tabiat atau sifat. Akhlak adalah karakter atau perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan sesama manusia, alam, dan Tuhan. Dalam Islam, akhlak mencakup sikap-sikap seperti jujur, amanah, sabar, rendah hati, dan adil. Sedangkan Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar. Dalam konteks Islam, ilmu sangat dihargai dan dipandang sebagai cahaya yang menerangi kehidupan seseorang, baik ilmu agama maupun ilmu dunia.

Namun, ilmu tanpa akhlak akan membuat seseorang bisa menyalahgunakan ilmunya. Ilmu yang tidak didasari oleh akhlak yang mulia dapat merugikan orang lain dan menimbulkan kerusakan. Hal ini didukung oleh sebuah hadis yang menyatakan : “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan (pahala) seorang mukmin di hari kiamat dibandingkan akhlak yang mulia.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Bahkan tujuan utama diutusnya Nabi adalah untuk menyempurnakan sebaik-sebaik akhlak (HR. Al Baihaqi dan al Bazzar).

Akhlak yang baik merupakan pondasi bagi ilmu pengetahuan. Ilmu tanpa akhlak bisa menjadi alat yang berbahaya. Seorang ilmuwan yang tidak berakhlak bisa saja menyalahgunakan ilmunya untuk tujuan yang buruk. Tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Kebahagiaan sejati tidak bisa dicapai hanya dengan ilmu, tetapi juga dengan akhlak yang mulia. Sehingga dalam sejarah, banyak kita temui orang-orang yang berilmu tinggi namun akhlaknya buruk. Sebaliknya, banyak pula orang-orang yang ilmunya terbatas namun akhlaknya sangat mulia.

Akhlak yang mulia adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari ajaran Islam dan ia lebih utama daripada ilmu semata. Seorang Muslim yang berilmu tetapi tidak memiliki akhlak yang baik belum bisa disebut sebagai pribadi yang sempurna dalam pandangan Islam.

Akhlak menjadi cerminan dari seberapa jauh seseorang mengamalkan ilmunya untuk kebaikan dan tanpa akhlak maka ilmu bisa menjadi bumerang bagi pemiliknya. Oleh karena itu, setiap Muslim seharusnya berusaha untuk tidak hanya mencari ilmu, tetapi juga terus memperbaiki akhlaknya.

Dengan demikian, akhlak yang baik adalah esensi dari keimanan dan merupakan landasan utama yang harus dimiliki oleh setiap orang yang berilmu.

Penulis: Mustamin Fattah, M.Pd., Kapus Pengabdian Kepada Masyarakat

LANGUAGE»