
Sebagian dari kita (khususnya generasi X dan generasi Y), tentu masih ingat dengan lagu “Harta Berharga” diciptakan Harry Tjahjono, yang dibawakan oleh artis Novia Kolopaking. Lagu yang menjadi soundtrack sinetron “Keluarga Cemara” yang tayang cukup lama, tahun 1996 hingga 2005, (saya pun termasuk penggemar sinetron ini). Berikut petikan liriknya :
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Lirik lagu ini penuh dengan refleksi dan kehangatan, membawa pesan mendalam arti sebuah keluarga dan mengingatkan kita bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga di dunia ini.
Jika ada pertanyaan, ibadah apakah yang paling terlama ? pasti ada yang menjawab adalah ibadah haji, karna waktunya yang lama hingga 40 hari. Dan ketika ditanya perjalanan apakah yang paling jauh ? pasti dijawab travelling keliling dunia. Namun jawaban yang tepat dari sudut pandang keluarga adalah bahwa ibadah terlama adalah membangun keluarga, dan perjalanan yang paling jauh adalah membangun keluarga. Kenapa ? karena di rumah kita selalu bersama dengan orang yang sama, minimal suami, isteri dan anak.
Sejauh apapun perjalanan seseorang (apakah perjalanan dinas, ataupun suami/isteri yang bekerja di luar kota), pasti merindukan untuk pulang ke rumah, berkumpul dengan keluarga tercinta. Mengapa ? karena rumah dan keluarga adalah tempat kita merasa paling aman, setelah menjalani perjalanan yang penuh tantangan, ada rasa aman dan nyaman yang hanya bisa didapatkan di dekat orang-orang yang kita cintai.
Keluarga memberikan rasa keterikatan yang kuat, seperti sebuah akar yang membuat kita merasa terhubung dengan siapa kita sebenarnya. Keluarga adalah tempat dimana kita bisa melepas penat, berbagi cerita, dan merasa diterima apa adanya dan tanpa syarat. Itulah mengapa, meskipun kita dalam perjalanan yang jauh, atau bekerja seharian pada akhirnya keluarga adalah tempat dimana hati kita ingin berada.
Mengapa ibadah yang paling lama adalah membangun harmoni keluarga ? karena karena dalam prosesnya ada banyak aspek yang melibatkan pengorbanan, usaha, kesabaran, dan mutual understanding. Sebagai sebuah perjalanan hidup yang terus berlanjut, membangun keluarga bukan hanya soal menikah dan memiliki anak, tetapi juga soal mendidik, menjaga hubungan, mutual understanding dan saling mendukung dalam berbagai fase kehidupan.
Ibadah dalam konteks ini bisa dipahami sebagai bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT, karena keluarga adalah salah satu cara kita untuk menjalankan peran kita sebagai hamba-Nya. Setiap hari bisa menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri dan belajar hal baru, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari keluarga. Hal ini membutuhkan waktu, perhatian, dan komitmen yang konsisten, menjadikannya sebagai ibadah yang berlangsung lama.
Di bulan suci Ramadhan yang mulia dan penuh berkah ini sangat tepat kita jadikan sebagai bulan madrasah untuk menjaga keharmonisan keluarga. Karena di bulan suci Ramadhan ini kita memiliki waktu yang lebih panjang dan lebih intensif berinteraksi dengan anggota keluarga. Bagi ASN ada pengurangan jam kerja, bagi anak sekolah dan kuliah pun ada pengurangan jam belajar selama bulan Ramadhan ini.
Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, minimal ada 3 (tiga) aspek yang dapat kita optimalkan bersama keluarga:
Aspek Kedekatan Secara Fisik dan Emosional
Saat sahur dan berbuka puasa bisa dijadikan sarana menumbuhkan kebersamaan dalam keluarga, secara fisik berhimpun dalam satu meja ataupun lesehan, walaupun dengan lauk sederhana, diawali dengan do’a bersama dan membereskan alat makan setelah selesai makan. Saling berbagi cerita tentang aktivitas hari itu dan tertawa bersama. Hal-hal sederhana seperti ini bisa menciptakan keharmonisan dalam keluarga. Secara emosional pun bisa dilakukan seperti memberikan semangat dan nasehat saat anak-anak kita menghadapi tantangan dan godaan dalam berpuasa.
Aspek Sosial
Di bulan Ramadhan ini kita juga dapat mengajak anggota keluarga kita untuk meningkatkan kepedulian dengan keadaan di sekitar seperti berbagi takjil kepada tetangga atau ke mesjid, bersedekah kepada anak yatim piatu dan dhuafa serta membayar zakat mal bagi yang mampu dan membayar zakat fitrah.
Secara keseluruhan, Ramadhan sebagai aspek sosial dalam keluarga mengajarkan pentingnya rasa kebersamaan, empati, dan berbagi. Keberkahan bulan Ramadhan ini sangat memberi ruang untuk memperkuat hubungan sosial.
Aspek Ruhiyah Maknawiyah
Disebut sebagai aspek ruhiyah dalam keluarga karena bulan suci ini memiliki dimensi spiritual yang sangat mendalam, yang dapat memperkuat ikatan batin dalam keluarga. “Ruhiyah” berasal dari kata “ruh,” yang berarti jiwa atau rohani, sehingga aspek ruhiyah dalam keluarga merujuk pada penguatan nilai-nilai spiritual. Di bulan Ramadhan, kita mengajak keluarga untuk bersama pergi ke mesjid atau musholla untuk shalat tarawih. Pada sepertiga malam kita bangunkan anggota keluarga untuk sholat tahajjud. Keluarga akan kian harmonis jika dapat meluangkan waktu untuk berkumpul membaca al-Qur`an bersama. Bisa dilakukan pula dengan cara bergantian. Bukan mengejar khatam (tamat) bacaan Al-Qur`an, tapi sekedar untuk menumbuhkan kebersamaan dalam suasana religius keluarga.
Selain itu, Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk mendidik anak-anak mengenai pentingnya nilai-nilai kesabaran, rasa Syukur dan keikhlasan. Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keharmonisan dan ketentraman yang kita rasakan dalam bulan Ramadhan hendaknya tidak hanya berlangsung sementara, tetapi terus berlanjut dalam kehidupan rumah tangga sepanjang tahun.
Do’a yang diajarkan dalam Al-Qur’an, yaitu “Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yun” (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyejuk mata), hendaknya selalu dipanjatkan agar keluarga kita tetap harmonis dan bahagia.
Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah SAW juga mengajarkan do’a kepada Aisyah r.a agar rumah tangga terhindar dari perselisihan dan marah-marah: “Ya Allah, hilangkanlah amarah dalam hatiku, dan jauhkanlah keluargaku dari fitnah yang mengganggu.”
Mari kita bersama-sama membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Senantiasa berdo’a kepada Allah SWT agar diberikan pasangan dan keturunan yang saleh, serta menjaga keharmonisan rumah tangga agar kelak kita semua dipertemukan kembali di surga-Nya. Aamiin ya Rabbal Alamiin…
Buah tomat dan buah naga
Dibikin jus tambah susu dan gula
Rasa hangat bersama keluarga
Lebih berharga dari permata
Pergi haji ke kota Makkah
Janganlah lupa oleh-olehnya
Keluarga sakinah penuh berkah,
Allah SWT limpahkan rahmatNya