SAMARINDA, UINSI NEWS — Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Prof. Dr. H. Zurqoni, M.Ag., menyampaikan dukungan penuh terhadap pernyataan Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Nazaruddin Umar, M.A., yang mengingatkan pentingnya menjaga marwah dan martabat pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan tertua dan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Pernyataan Menag tersebut muncul sebagai respons terhadap tayangan di salah satu media nasional yang dinilai menyudutkan pesantren dan tidak mencerminkan realitas kehidupan santri secara utuh. Menyikapi hal itu, Prof. Zurqoni menegaskan bahwa pesantren telah menjadi fondasi utama pendidikan karakter dan moral bangsa jauh sebelum lahirnya sistem pendidikan formal modern.
“Kami di UINSI Samarinda sejalan dengan pandangan Bapak Menteri Agama. Pesantren bukan sekadar tempat menimba ilmu agama, tetapi juga pusat pembentukan akhlak, kemandirian, dan integritas. Siapa pun yang memahami sejarah bangsa ini akan mengakui bahwa pesantren adalah jantung peradaban Islam Indonesia,” tegas Prof. Zurqoni di Samarinda, Jumat (18/10).
Lebih lanjut, Prof. Zurqoni menyayangkan munculnya narasi di media yang cenderung mereduksi nilai luhur pesantren. Menurutnya, kehidupan santri yang berlandaskan kesederhanaan, kedisiplinan, dan penghormatan kepada guru merupakan modal sosial dan spiritual yang sangat kuat dalam membentuk generasi bangsa yang bermoral dan berdaya saing tinggi.
“Satu tayangan yang tidak berimbang bisa melukai jutaan hati santri, alumni, dan para kiai. Pesantren adalah benteng moral bangsa. Mereka menjaga nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin — moderat, toleran, dan penuh kasih sayang. Inilah wajah sejati pendidikan Islam Indonesia,” ujarnya.
Rektor UINSI Samarinda menilai, hubungan antara pesantren dan perguruan tinggi Islam bukanlah sekadar historis, tetapi juga ideologis dan fungsional. Sebagian besar mahasiswa dan dosen di lingkungan UINSI merupakan alumni pesantren, sehingga semangat keikhlasan dan tradisi keilmuan khas pesantren terus hidup di kampus.
“Mahasiswa berlatar belakang pesantren biasanya memiliki keunggulan moral dan spiritual yang luar biasa. Mereka tekun, sopan, rendah hati, dan menjunjung tinggi adab terhadap ilmu serta guru. Nilai-nilai inilah yang menjadi ruh kampus Islam,” tambahnya.
Sebagai bentuk konkret dukungan terhadap dunia pesantren, UINSI Samarinda berkomitmen memperkuat sinergi pendidikan tinggi dan pesantren melalui berbagai program kolaboratif, seperti pengabdian masyarakat berbasis pesantren, pelatihan digitalisasi madrasah, serta pengembangan riset moderasi beragama dan ekoteologi pesantren. Kampus juga aktif menjadi ruang dialog terbuka antara ulama, akademisi, dan santri dalam membahas isu-isu keagamaan kontemporer.
Prof. Zurqoni juga menyerukan agar media massa memainkan peran edukatif dan berkeadilan dalam menyampaikan informasi ke publik, khususnya yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan. Media, katanya, seharusnya menjadi mitra strategis dalam memperkuat citra positif pesantren, bukan sebaliknya.
“Kita semua punya tanggung jawab menjaga marwah pesantren sebagai warisan ulama dan aset bangsa. Media harus menjadi jembatan edukatif, bukan sumber kesalahpahaman. Indonesia membutuhkan narasi yang membangun, bukan yang menyesatkan,” tutur Rektor UINSI.
Di akhir pernyataannya, Prof. Zurqoni menegaskan bahwa pesantren adalah simbol keikhlasan, kesederhanaan, dan keberkahan ilmu. Ia berharap momentum ini dapat menjadi pengingat bagi seluruh pihak untuk semakin menghargai peran besar pesantren dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjaga moralitas generasi muda.
“Marwah pesantren adalah marwah bangsa. Menjaganya berarti menjaga jati diri Indonesia yang religius, berakhlak, dan beradab,” pungkas Prof. Zurqoni.#