SAMARINDA, UINSI NEWS,- Prof. Dr. Zurqoni, M.Ag., Rektor UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, menjadi salah satu narasumber dalam Seminar Internasional MTQ Nasional Ke-30 Tahun 2024 di Auditorium 22 Dzulhijjah Kampus 2 UINSI Samarinda. Senin (9/9).
Menjadi pembicara pertama, Prof. Zurqoni sampaikan materi pengantar tentang nilai-nilai Al-Qur’an yang menjadi pedoman mewujudkan perdamaian dunia.
“Islam adalah agama yang paling benar di sisi Allah swt dan Al-Qur’an sebagai landasan utamanya. Al-Qur’an merupakan kitab yang paling lengkap dan sempurna. Al-Qur’an bisa menjadi petunjuk hudan lin nas yang tidak hanya berlaku untuk umat tertentu dan periode tertentu, karena Al-Qur’an sifatnya universal,” jelasnya.
“Al-Qur’an menjadi penerang hidup, juga menjadi nasihat juga menjadi sumber informasi, Al-Qur’an bisa menjadi syifa, penyembuh dari penyakit. Al-Qur’an pada prinsipnya mengajarkan tentang akidah keyakinan pada Allah swt, Al-Qur’an juga mengajarkan melek literasi yakni menguasai berbagai ilmu pengetahuan,” lanjutnya.
Prof. Zurqoni juga sampaikan dari masa ke masa Al-Qur’an menjadi yang terdepan dalam menentukan setiap perbuatan manusia. Al-Qur’an juga selau menekankan pada pesan-pesan kebaikan untuk kita semua dan menggali Al-Qur’an tidak akan pernah ada habisnya.
Mengutip Q.S. Luqman Ayat 27, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah.1 Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
“Meski Al-Qur’an ditulis dengan tinta lautan yang luas, juga tidak akan selesai. Itulah kelebihan Al-Qur’an,” jelasnya.
“Al-Qur’an memiliki nilai-nilai universal, menekankan bagaimana kita umat manusia selalu tunduk dan patuh kepada setiap perintah-perintahnya. Al-Qur’an memiliki implikasi dan pesan-pesan indah tentang nilai perdamaian. Al-Qur’an memiliki nilai-nilai perdamaian yang sangat esensial dalam kehidupan,” lanjutnya.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Zurqoni jelaskan bahwa ada stigma Islam dipandang agama radikal, padahal itu hanya dilakukan oleh segelintir orang yang belum memiliki pemahaman yang kaffah tentang Islam. Ditambah lagi dengan ulah para pihak yang mencoba menggoreng itu untuk memojokkan Islam, ditambah lagi dengan berbagai kasus baik diluar maupun di dalam negeri, sehingga membuat keliru cerminan nilai Islam di dunia barat.
“Bicara perdamaian kita bicara damai dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 157 kali dengan berbagai derivasinya. Perdamaian dapat berujung kepada kondisi ketenangan tidak ada konflik, terhentinya permusuhan,” lanjutnya.
Perpecahan dan permusuhan bermuara salah satunya akibat adanya perbedaan pendapat, padahal Al-Qur’an secara tegas menekankan bahwa sesama muslim harus rukun dan damai, namun ternyata tidak hanya kepada sesama muslim tapi juga perdamaian yang sifatnya umum bahkan perdamaian kepada non muslim.
“Dalam Al-Qur’an sesama muslim harus rukun dan damai. Selain kepada sesama muslim, ada juga perdamaian yang sifatnya umum. Mengutip Surah Al-Baqarah Ayat 224, dikatakan janganlah kamu jadikan nama Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat Kebajikan, bertakwa dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Selain itu, ada juga perdamaian Islam dengan non muslim. Bahkan apabila pihak lain, bahkan musuh condong kepada keinginan untuk berdamai kepada muslim, maka kedamaian itu harus disambut dengan baik,” jelasnya.
Bicara tentang implementasi perdamaian, ada 2 penyebab konflik secara umum, yaitu keagamaan dan multikultural.
“Konflik keagamaan karena fanatisme terhadap paham tertentu. Sehingga menganggap kelompoknya paling benar. Ekstrim dalam beragama dan menjadikan pihak tertentu kurang toleran sehingga memberikan label negatif antar kelompok. Multikultural karena masalah kemiskinan, kelaparan, ketidakadilan Lembaga pemerintah, dan sebagainya,” jelasnya.
Prof. Zurqoni pun bagikan cara mengimplementasikan perdamaian dalam kehiduppan, yaitu memahami adanya kesetaraan satu sama lain, menjunjung nilai kemanusiaan dan keadilan, serta mengedepankan kolaborasi dan kerja sama. (HUMAS/ns)